Setiap kejadian kecil pun ada hikmahnya …




Kamis, 02 Juli 2009

KESETIAAN

Kesetiaan pada Allah

Membahas tentang kesetiaan, akan membawa kita pada dimensi yang sangat luas. Tidak berhenti pada kesetiaan terhadap pasangan hidup kita, isteri terhadap suami atau suami terhadap isteri. Lebih dari itu, kesetiaan kita sebagai seorang hamba. Kesetiaan kepada Allah SWT. Kesetiaan yang tidak mengenal dimensi ruang dan waktu. Kesetiaan yang berujung pada keikhlasan.

Seringkali kita melupakan kewajiban sebagai seorang hamba. Kita mudah dilenakan oleh kesenangan duniawi sesaat. Tanpa kita sadari, apakah beberapa menit ke depan kita masih diberi kesempatan untuk menghirup segarnya udara kehidupan.

Firman Allah SWT.: “ Katakanlah: “ Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama kali menyerahkan diri (kepada Allah)”. (QS. Al An’am: 162-163).

Rangkaian kata-kata tersebut sering kita ucapkan langsung kepada Allah dalam setiap sholat kita. sebagai bukti kesetian dan kepasrahan diri kita seutuhnya kepada Allah. Setia dan rela hanya Allah-lah Tuhan kita. Dengan begitu kita sudah menyatakan kepatuhan segalanya untuk Allah, sholat, ibadah, hidup, bahkan mati pun hanya untuk Allah semata. Betapa setianya kita setiap kali itu diucapkan dalam sholat. Kesetiaan yang sekaligus perwujudan kepasrahan kepada Allah. Hanya Allah-lah yang berhak mengatur kita, hanya Allah lah yang berhak dan wajib disembah dan ditaati segala perintah dan larangan-Nya.

Tidak diragukan lagi, tanda terpenting dari kesetiaan adalah kepatuhan. Kepatuhan merupakan sifat penting orang beriman sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an, merupakan kunci untuk mendapatkan rahmat Allah guna memperoleh surga dan meraih kemenangan atas orang kafir.

" Taatilah Allah dan Rasul, semoga kamu diberi rahmat." (QS.Al-Imran:132)

" Itulah Hukum Syariat Allah. Barangsiapa yang patuh kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya dimasukkan-Nya ke syurga yang banyak mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di sana. Dan itulah keberuntungan yang sangat besar." (QS.An-Nisa:13)

Dalam keadaan bagaimanapun juga, orang mukmin hendaknya berkomitmen untuk senatiasa patuh. Orang munafikpun dapat patuh tetapi hanya pada keadaan yang tidak terlalu keras dan tidak terlalu banyak syaratnya. Namun pada saat sulit dan penuh masalah, hanya orang mukmin sejatilah yang tetap bertekun pada ketaatan mereka. Allah memberitahu kita tentang orang-orang munafik yang hidup di jaman Nabi. Mereka sulit untuk berperang di jalan Allah. Namun mereka mau bergabung ketika ada "keuntungannya dan mudah perjalanannya"

” Berangkatlah ke medan perang dalam keadaan suka dan duka dan berjuanglah dengan harta dan jiwa ragamu di jalan Allah! Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Jika ajakanmu itu kepada satu keuntungan yang mudah diperoleh dan jarak perjalananpun terasa dekat pula tentu mereka mengikutimu. Tetapi jika perjalanan yang kamu anjurkan itu terasa amat jauh oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan nama Allah: "Kalau kami sanggup, tentulah kami berangkat bersama-sama denganmu". Cara yang demikian itu akan membinasakan jiwa mereka sendiri, karena Allah mengetahui bahwa mereka betul-betul berdusta.” (QS.At-Taubah:41-42)

Kemenangan orang beriman atas orang kafir juga bergantung pada kepatuhan mereka pada Rasul dan para pemimpin mereka. Sebagai jawaban atas kepatuhan mereka, Allah mendukung orang-orang beriman dan memberi mereka kemenangan yang mulia. Akan tetapi jika mereka tidak patuh, mereka kehilangan kekuatan atas orang kafir.

Kesetiaan dalam Dakwah

Hanya kesetiaanlah yang dapat mengokohkan perjalanan dakwah ini. Kesetiaan yang menjadikan pemiliknya sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian. Menjadikan mereka optimis menghadapi kesulitan dan siap berkorban untuk meraih kesuksesan. Kesetiaan yang menghantarkan jiwa-jiwa patriotik untuk berada pada barisan terdepan dalam perjuangan ini. Kesetiaan yang membuat pelakunya berbahagia dan sangat menikmati beban hidupnya. Setia dalam kesempitan dan kesukaran. Demikian pula setia dalam kelapangan dan kemudahan.

Kesetiaan yang ada pada mereka merupakan indikasi kuat daya tahannya yang tangguh dalam dakwah ini. Sikap ini membuat mereka stand by menjalankan tugas yang terpikul di pundaknya. Mereka pun dapat menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Bila ditugaskan sebagai prajurit terdepan dengan segala akibat yang akan dihadapinya, ia senantiasa berada pada posnya tanpa ingin meninggalkannya sekejap pun. Atau bila ditempatkan pada bagian belakang, ia akan berada pada tempatnya tanpa berpindah-pindah.

Itulah contoh orang yang telah membuktikan kesetiaannya pada dakwah lantaran keyakinannya terhadap janji-janji Allah swt. Janji yang tidak akan pernah dipungkiri sedikit pun. Allah swt. telah banyak memberikan janji-Nya pada orang-orang yang beriman yang setia pada jalan dakwah berupa berbagai anugerah-Nya.

Kesetiaan pada Islam dan Kaum Muslimin

Yang mengantarkan orang sampai kepada kedudukan abdal (kedudukan antara quthb dan awtad dalam hirarki auliya’), adalah kesetiaan yang tulus kepada seluruh kaum Muslim. Kesetiaan yang tulus ditampakkan pada upaya untuk menjaga diri dari perbuatan yang merendahkan, menghinakan, mencemooh atau memfitnah sesama Muslim.

Belum dinyatakan setia kepada Islam sebelum orang meninggalkan keakuannya. Banyak orang merasa berjuang untuk Islam, walaupun yang diperjuangkan adalah kepentingan akunya, kepentingan kelompoknya, kepentingan golongannya. An-nashihat lil muslimin (kesetiaan yang tulus kepada kaum Muslim) melepaskan keakuan seorang mukmin. Ia memberinya kejujuran dalam ketaatan, ketulusan niat, dan kebersihan hati. Ia juga yang mengantarkannya kepada kedudukan tinggi di sisi Allah.