Setiap kejadian kecil pun ada hikmahnya …




Jumat, 21 September 2012

KONSEPSI MANUSIA


Dalam filsafat dikenal beberapa aliran atau paham mengenai manusia. Menurut pendapat Prof. Drijarkara seperti dikutip oleh Onong Uchjana Effendi dalam bukunya “ Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi “, terdapat beberapa paham mengenai manusia antara lain :

1.         PAHAM MATERIALISME
Paham ini berpendapat bahwa pada prinsipnya manusia hanyalah materi atau benda belaka, walaupun ada kelebihannya dibandingkan benda-benda lainnya.

2.         PAHAM IDEALISME
Paham ini memandang manusia adalah manusia, karena dia berpikir, memiliki ide, dan karena dia sadar akan dirinya. Manusia berpokok pada kesadarannya dan pikirannya yang bebas.
Tokoh aliran ini adalah Descartes yang terkenal dengan prinsipnya “corgito ergo sum” yang artinya “aku berpikir maka aku ada”. Menurutnya, manusia terdiri dari dua zat ; Res Corgitan, zat yang dapat berpikir yang merupakan zat roh, zat yang bebas, tidak terikat hukum alam dan bersifat rohaniah. Lalu Res extensa, zat yang mempunyai luas, merupakan zat materi tidak bebas, terikat dan dikuasai hokum alam.

3.         PAHAM EKSISTENSIALISME
Paham ini berpendapat bahwa manusia tidak saja berada di dunia, tetapi juga menghadapi dunia dan benda-benda lainnya di dunia. Ia juga mengerti arti dari benda-benda yang dihadapinya dan arti dari hidup.

                Selain konsep di atas, ada empat pendekatan yang digunakan pakar psikologi dalam memandang konsepsi manusia :

1.         HOMO VOLENS (manusia berkeinginan)
Manusia sebagai makhluk yang digerakkan keinginan-keinginan terpendam. Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (id), komponen psikologis (ego), dan komponen social (super ego). Id tidak bermoral dan bergerak atas dasar prinsip kesenangan. Ego menjembatani tuntutan Id dengan realitas. Sedangkan Super ego adalah hati nurani yang merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural masyarakatnya. Contoh : ketika Id mendesak agar Anda menyalip kendaraan  di depan Anda yang berjalan amat kencang, ego mengingatkan Anda bahwa tindakan tersebut dapat mencelakakan Anda.

2.         HOMO SAPIENS (manusia berpikir)
Manusia sebagai makhluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimulasi yang diterimanya, berusaha memahami lingkungannya. Menurut Lewin, perilaku adalah hasil interaksi antara diri orang itu dan lingkungan psikologisnya. Manusia memberi makna pada stimuli sesuai pengetahuan dan pengalamannya, sesuai faktor personal dan situasionalnya. Contoh : “Ayah” di mata anak yang beruntung adalah sosok pelindung, teman dan juga contoh teladan. Sedangkan bagi anak yang tidak beruntung bermakna laki-laki yang egois, kasar dan siap memukul.

3.         HOMO MECHANICUS (manusia mesin)
Manusia sebagai makhluk yang digerakkan semaunya atau dipengaruhi oleh lingkungan. Aristoleles berpendapat, pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa seperti meja lilin siap dilukis oleh pengalaman. Jadi seluruh perilaku manusia, kepribadian, pikiran, perasaan dan temperamen disebabkan pengalaman inderawi. Manusia bersifat plastis, mudah dibentuk menjadi apapun oleh lingkungan.

4.         HOMO LUDENS (manusia bermain)
Manusia sebagai makhluk yang aktif dalam merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya. Pendapat Brouwer yang diikuti Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya yang berjudul “ Psikologi Komunikasi ” menyatakan bahwa setiap orang mengalami dunia dengan caranya sendiri dan alam pengalaman setiap orang berbeda. Bereaksi dengan lingkungan sesuai persepsi tentang dirinya sendiri dan lingkungan. Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan dan mengaktualisasikan dirinya.
                
                Melihat begitu beragamnya konsep tentang manusia, dapat dipastikan tidak mudah melakukan komunikasi antar manusia. Tiap orang akan memiliki perbedaan dalam penyampaian dan penerimaan komunikasinya. Peristiwa yang sama akan ditanggapi berbeda oleh orang berbeda.

                Sebagai contoh, kasus Ariel “Noah” ditanggapi pihak media sebagai hal yang menguntungkan tapi tidak bagi pihak pelaku atau korban, pastinya akan malu dan tak mau berkomentar banyak. Ada pihak yang menghujat, ada pula yang berempati. Namun, tak sedikit yang acuh karena bukan urusannya, seperti kata seorang kuli “ Saya tidak tahu, saya tidak peduli. Saya harus kerja untuk makan “ .

                Dari contoh tersebut, manusia melihat sebuah pesan , peristiwa atau objek dengan seluruh indera yang dimilikinya. Faktor-faktor personal (pendidikan, pengetahuan, pengalaman, sikap, emosi, kebiasaan, kemauan dan lain-lain) dan faktor-faktor situasional (suasana perilaku, teknologi, faktor sosial) akan berpengaruh terhadap perilaku komunikasi seseorang. Oleh sebab itu, dalam hidupnya manusia selalu berpolitik atau mengatur strategi-strategi dalam berinteraksi dengan orang lain untuk mencapai kesamaan dan tujuannya.


Sumber :
Filsafat Dan Etika KOmunikasi, Sumarno AP,dkk. Jakarta : Universitas Terbuka
  

1 komentar:

  1. Oleh karena itu manusia bingung kalau tdk dibimbing oleh Wahyu. Al-Qur'an menginformasikan bahwa manusia adalah homo Theophani atau makhluk berketuhanan yg hrs selalu merepresentasikan kehendak Tuhan di bumi, dikenal dg istilah "Khalifah di al-ardh(Khalifah di muka bumi)

    BalasHapus