Dalam filsafat dikenal beberapa aliran atau paham mengenai
manusia. Menurut pendapat Prof. Drijarkara seperti dikutip oleh Onong Uchjana
Effendi dalam bukunya “ Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi “, terdapat
beberapa paham mengenai manusia antara lain :
1.
PAHAM
MATERIALISME
Paham ini berpendapat bahwa pada
prinsipnya manusia hanyalah materi atau benda belaka, walaupun ada kelebihannya
dibandingkan benda-benda lainnya.
2.
PAHAM
IDEALISME
Paham ini memandang manusia adalah
manusia, karena dia berpikir, memiliki ide, dan karena dia sadar akan dirinya. Manusia
berpokok pada kesadarannya dan pikirannya yang bebas.
Tokoh aliran ini adalah Descartes yang terkenal dengan
prinsipnya “corgito ergo sum” yang
artinya “aku berpikir maka aku ada”. Menurutnya, manusia terdiri dari dua zat ;
Res Corgitan, zat yang dapat berpikir
yang merupakan zat roh, zat yang bebas, tidak terikat hukum alam dan bersifat
rohaniah. Lalu Res extensa, zat yang
mempunyai luas, merupakan zat materi tidak bebas, terikat dan dikuasai hokum alam.
3.
PAHAM
EKSISTENSIALISME
Paham ini berpendapat bahwa manusia
tidak saja berada di dunia, tetapi juga menghadapi dunia dan benda-benda
lainnya di dunia. Ia juga mengerti arti dari benda-benda yang dihadapinya dan
arti dari hidup.
Selain konsep di
atas, ada empat pendekatan yang digunakan pakar psikologi dalam memandang
konsepsi manusia :
1.
HOMO
VOLENS (manusia berkeinginan)
Manusia sebagai makhluk yang digerakkan
keinginan-keinginan terpendam. Menurut Sigmund
Freud, perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (id), komponen psikologis (ego), dan komponen social (super ego). Id tidak bermoral dan bergerak atas dasar prinsip kesenangan. Ego menjembatani tuntutan Id dengan
realitas. Sedangkan Super ego adalah
hati nurani yang merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural
masyarakatnya. Contoh : ketika Id
mendesak agar Anda menyalip kendaraan di
depan Anda yang berjalan amat kencang, ego
mengingatkan Anda bahwa tindakan tersebut dapat mencelakakan Anda.
2.
HOMO
SAPIENS (manusia berpikir)
Manusia
sebagai makhluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimulasi yang
diterimanya, berusaha memahami lingkungannya. Menurut Lewin, perilaku adalah hasil interaksi antara diri orang itu dan
lingkungan psikologisnya. Manusia memberi makna pada stimuli sesuai pengetahuan
dan pengalamannya, sesuai faktor personal dan situasionalnya. Contoh : “Ayah”
di mata anak yang beruntung adalah sosok pelindung, teman dan juga contoh
teladan. Sedangkan bagi anak yang tidak beruntung bermakna laki-laki yang
egois, kasar dan siap memukul.
3.
HOMO
MECHANICUS (manusia mesin)
Manusia
sebagai makhluk yang digerakkan semaunya atau dipengaruhi oleh lingkungan. Aristoleles berpendapat, pada waktu
lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa seperti meja lilin siap dilukis oleh
pengalaman. Jadi seluruh perilaku manusia, kepribadian, pikiran, perasaan dan
temperamen disebabkan pengalaman inderawi. Manusia bersifat plastis, mudah
dibentuk menjadi apapun oleh lingkungan.
4.
HOMO
LUDENS (manusia bermain)
Manusia sebagai makhluk yang aktif dalam
merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya. Pendapat Brouwer yang diikuti Jalaluddin Rakhmat
dalam bukunya yang berjudul “ Psikologi Komunikasi ” menyatakan bahwa setiap
orang mengalami dunia dengan caranya sendiri dan alam pengalaman setiap orang
berbeda. Bereaksi dengan lingkungan sesuai persepsi tentang dirinya sendiri dan
lingkungan. Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan dan
mengaktualisasikan dirinya.
Melihat begitu
beragamnya konsep tentang manusia, dapat dipastikan tidak mudah melakukan
komunikasi antar manusia. Tiap orang akan memiliki perbedaan dalam penyampaian
dan penerimaan komunikasinya. Peristiwa yang sama akan ditanggapi berbeda oleh
orang berbeda.
Sebagai contoh,
kasus Ariel “Noah” ditanggapi pihak media sebagai hal yang menguntungkan tapi
tidak bagi pihak pelaku atau korban, pastinya akan malu dan tak mau berkomentar
banyak. Ada pihak yang menghujat, ada pula yang berempati. Namun, tak sedikit
yang acuh karena bukan urusannya, seperti kata seorang kuli “ Saya tidak tahu,
saya tidak peduli. Saya harus kerja untuk makan “ .
Dari contoh
tersebut, manusia melihat sebuah pesan , peristiwa atau objek dengan seluruh
indera yang dimilikinya. Faktor-faktor personal (pendidikan, pengetahuan,
pengalaman, sikap, emosi, kebiasaan, kemauan dan lain-lain) dan faktor-faktor situasional
(suasana perilaku, teknologi, faktor sosial) akan berpengaruh terhadap perilaku
komunikasi seseorang. Oleh sebab itu, dalam hidupnya manusia selalu berpolitik
atau mengatur strategi-strategi dalam berinteraksi dengan orang lain untuk
mencapai kesamaan dan tujuannya.
Sumber :
Filsafat Dan Etika KOmunikasi, Sumarno AP,dkk. Jakarta : Universitas Terbuka
Sumber :
Filsafat Dan Etika KOmunikasi, Sumarno AP,dkk. Jakarta : Universitas Terbuka
Oleh karena itu manusia bingung kalau tdk dibimbing oleh Wahyu. Al-Qur'an menginformasikan bahwa manusia adalah homo Theophani atau makhluk berketuhanan yg hrs selalu merepresentasikan kehendak Tuhan di bumi, dikenal dg istilah "Khalifah di al-ardh(Khalifah di muka bumi)
BalasHapus