Banyak yang
bilang bahwa sahabat adalah orang kepercayaan, yang sering menjadi tempat
berbagi suka duka, tangis tawa, bahkan rahasia. Dan memang benar, langgengnya
sebuah hubungan adalah karena kepercayaan. Belum bisa dikatakan sahabat, jika
menyalahgunakan kepercayaan alias berkhianat. Dan belum bisa dikatakan sahabat
jika masih ada keraguan yang menyelinap.
Masih ingat
pembahasan tentang Sahabat Al Qur’an?
Yupz, itulah kita! Yang selalu membaca,
menghafal dan mengamalkan kandungan Al Qur’an. Dan awalnya untuk bisa menjadi
sahabat Al Qur’an, bukankah kita harus percaya padanya? Percaya bahwa Al Qur’an
benar-benar firman Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada
Rasulullah saw. Percaya bahwa ia adalah pedoman hidup dan obat hati bagi
manusia.
Lalu mengapa
masih saja ada yang ragu akan keotentikan Al Quran? Dari umat Islam sendiri
lagi. Bukankah sudah jelas Allah menerangkan dalam firman-Nya : “ Sesungguhnya Kami yang menurunkan
Al-Quran dan Kami-lah pemelihara-pemelihara-Nya”. (TQS. 15: 9) ?
Apakah kita sudah
benar-benar faham bahwa penulisan Al Qur’an itu didasarkan pada hafalan para
Sahabat Nabi saw dan naskah yang ditulis di hadapan Beliau saw ? Wah,
kalau kita tidak percaya pada Al Qur’an berarti kita juga tidak percaya pada
para Sahabat, pada Rasulullah saw dan pada Allah dong !
Musuh Islam saja
tahu, bahwa kunci utama umat Islam adalah Al Qur’an. Petunjuk yang ditinggalkan
Rasulullah saw beserta Sunnah Nabawiyahnya. Dan salah satu target mereka adalah
menjauhkan umat ini dari Sahabatnya (Al Qur’an). Target lainnya yaitu mencecoki
pemikiran kita dengan sepilis (sekularisme, pluralisme dan liberalisme),
mengadu domba, narkoba, pornografi, dsb.
Dan lihat saja,
hare gene masih banyak yang tidak bisa membaca Al Qur’an padahal jelas-jelas
dia beragama Islam. Kalau kata Upin Ipin: kasian, kasian, kasian ...
Meskipun tidak menafikan, banyak pula
yang bisa membaca Al Qur’an sejak balita bahkan yang buta sekalipun.
Dari
sekian banyak yang bisa baca, ada berapa yang bisa menghafal sebagiannya?
Lumayan, minimal buat bacaan saat shalat.
Lha,kalau
menghafal semuanya? Emmm, bisa dihitung dengan jari.
Terus
yang benar-benar mengamalkannya?
Wallahu ‘alam bish shawwab.
Nah, sekarang kita mesti gimana?
Minimal,
masing-masing dari kita yuk ‘back to
Qur’an’. Kembali menyapa dan berbicara dengan Sahabat kita itu, memperbanyak
waktu dengannya, berdiskusi di siang hari dan begadang di malam hari dengannya.
Jadikan Al Qur’an sebenar-benar sahabat. Agar kita mendapat petunjuk dari Allah
di dunia dan dapat syafa’at dari Al Qur’an tersebut di akhirat kelak. Mau, mau,
mau ?
Tapi jangan lupa sama ibadah lainnya ya,
biar seimbang gitu.