Setiap kejadian kecil pun ada hikmahnya …




Sabtu, 23 Januari 2010

" Katanya sahabat, kok ragu ... ? "


 
Banyak yang bilang bahwa sahabat adalah orang kepercayaan, yang sering menjadi tempat berbagi suka duka, tangis tawa, bahkan rahasia. Dan memang benar, langgengnya sebuah hubungan adalah karena kepercayaan. Belum bisa dikatakan sahabat, jika menyalahgunakan kepercayaan alias berkhianat. Dan belum bisa dikatakan sahabat jika masih ada keraguan yang menyelinap.

Masih ingat pembahasan tentang Sahabat Al Qur’an?
Yupz, itulah kita! Yang selalu membaca, menghafal dan mengamalkan kandungan Al Qur’an. Dan awalnya untuk bisa menjadi sahabat Al Qur’an, bukankah kita harus percaya padanya? Percaya bahwa Al Qur’an benar-benar firman Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Rasulullah saw. Percaya bahwa ia adalah pedoman hidup dan obat hati bagi manusia.

Lalu mengapa masih saja ada yang ragu akan keotentikan Al Quran? Dari umat Islam sendiri lagi. Bukankah sudah jelas Allah menerangkan dalam firman-Nya : Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Quran dan Kami-lah pemelihara-pemelihara-Nya”. (TQS. 15: 9) ?

Apakah kita sudah benar-benar faham bahwa penulisan Al Qur’an itu didasarkan pada hafalan para Sahabat Nabi saw dan naskah yang ditulis di hadapan Beliau saw ? Wah, kalau kita tidak percaya pada Al Qur’an berarti kita juga tidak percaya pada para Sahabat, pada Rasulullah saw dan pada Allah dong !

Musuh Islam saja tahu, bahwa kunci utama umat Islam adalah Al Qur’an. Petunjuk yang ditinggalkan Rasulullah saw beserta Sunnah Nabawiyahnya. Dan salah satu target mereka adalah menjauhkan umat ini dari Sahabatnya (Al Qur’an). Target lainnya yaitu mencecoki pemikiran kita dengan sepilis (sekularisme, pluralisme dan liberalisme), mengadu domba, narkoba, pornografi, dsb.

Dan lihat saja, hare gene masih banyak yang tidak bisa membaca Al Qur’an padahal jelas-jelas dia beragama Islam. Kalau kata Upin Ipin: kasian, kasian, kasian ...
Meskipun tidak menafikan, banyak pula yang bisa membaca Al Qur’an sejak balita bahkan yang buta sekalipun.
Dari sekian banyak yang bisa baca, ada berapa yang bisa menghafal sebagiannya? Lumayan, minimal buat bacaan saat shalat.
Lha,kalau menghafal semuanya? Emmm, bisa dihitung dengan jari.
Terus yang benar-benar mengamalkannya?
Wallahu ‘alam bish shawwab.

 Nah, sekarang kita mesti gimana?
Minimal, masing-masing dari kita yuk ‘back to Qur’an’. Kembali menyapa dan berbicara dengan Sahabat kita itu, memperbanyak waktu dengannya, berdiskusi di siang hari dan begadang di malam hari dengannya. Jadikan Al Qur’an sebenar-benar sahabat. Agar kita mendapat petunjuk dari Allah di dunia dan dapat syafa’at dari Al Qur’an tersebut di akhirat kelak. Mau, mau, mau ?

Tapi jangan lupa sama ibadah lainnya ya, biar seimbang gitu.