Setiap kejadian kecil pun ada hikmahnya …
Tampilkan postingan dengan label Parenting. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Parenting. Tampilkan semua postingan
Jumat, 21 September 2012
Selasa, 19 Januari 2010
" The Good Parents "
Meraih kepercayaan dari putra-putri anda :
Usia terbagi dalam tiga tahap :
Kesalahan orang tua dalam mendidik anak
Sumber :
The Good Mother karya DR. Amimah Al Jauhari
Penerbit : Sahara Publishing
- Beri pemahaman agama dan perintahkan mereka untuk selalu taat pada agama.
- Tunjukkan bahwa anda bahagia memiliki putra-putri seperti mereka
- Perhatikan dan beri apresiasi pada hasil kerjanya
- Memberi kepercayaan atas suatu pekerjaan yang mereka lakukan
- Beri penghargaan atas keberhasilannya
- Biasakan mereka untuk mandiri
- Bebaskan mereka memilih pakaiannya sendiri, perhatikan kecenderungannya sambil mengarahkannya
- Beri kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya
- Ingatkan jika mereka berbohong
- Ajarkan mereka untuk selalu berhusnudzon, tidak ghibah dan menghina orang lain
- Ajarkan mereka agar ikhlas, lapang dada dan menyambung silaturahim
- Jauhkan mereka dari forum diskusi yang membicarakan berbagai hal yang di luar batas kemampuannya atau dari hal yang negatif
- Jangan paksa mereka melakukan hal yang tidak bisa mereka lakukan
- Tidak terlalu keras atau terlalu lemah dalam mendidiknya, kedepankan rasio dan jauhi emosi.
Yang perlu diketahui
Usia terbagi dalam tiga tahap :
- Tahap kanak-kanak
Terjadi pada masa usia 0-10 tahun. Pada masa ini, seorang anak akan merasa gembira dan senang secara alami karena masih dalam pemeliharaan dan tanggung jawab kedua orang tua. Keduanya adalah orang yang bisa memberikan solusi terbaik untuk setiap permasalahan yang dihadapi sang anak. Jikapun ternyata masa kanak-kanaknya tidaklah sebahagia anak seusianya, usahakan agar ia mengkonsentrasikan diri dan kehidupannya untuk menuntut ilmu dan mencapai prestasi.
- Tahap baligh/ dewasa
Biasanya seseorang disebut memasuki usia baligh apabila telah berusia 10-16 tahun. Ada faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi munculnya masa ini untuk datang lebih awal atau lebih lambat, seperti : iklim, status sosial dan zaman. Sedangkan faktor internalnya : pengaruh genetis dan suku bangsa.
- Tahap puber
Secara etimologi : pubertas adalah mencapai kematangan seksuil. Secara terminologi : proses pertumbuhan kea rah kematangan jasmani dan rohani, akal dan perasaan, hingga benar-benar mencapai kematangan jiwa. Secara umum fase ini tidak bisa dipisahkan dengan fase pubertas, karena saling berkaitan.
Masa ini sangat istimewa bagi setiap anak. Waktunya antara anak yang satu dan lainnya berbeda-beda, tergantung kesiapan jiwa, pikiran dan tabiat masing-masing. Ada yang lebih awal, yaitu usia 10 atau 11 tahun. Dan paling lambat pada usia 18-20 tahun. Namun rata-rata terjadi pada usia 11- 14 tahun. Pada masa puber, ada fase-fase yang akan dilalui sbb:
a. Fase awal
Terjadi pada usia 11-14 tahun. Pada saat ini sifat yag menonjol adalah keinginan untuk dianggap telah dewasa dan ingin selalu diperhatikan oleh seluruh anggota keluarga, namun di sisi lain juga merasa kurang percaya diri terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya dan permasalahan di sekitarnya
b. Fase tengah
Berlangsung antara usia 15 sampai 17 tahun. Anak akan memperlihatkan perasaannya yang bebas, tidak tertekan, dan menonjolkan kepribadiannya yang khusus. Ia berani mencoba-coba sesuatu yang terlarang, tidak bisa berfikir panjang dan tergantung pada teman-temannya. Namun perkembangan berfikirnya menunjukkan bawa ia lebih mampu untuk realistis dan matang dalam membuat perencanaan masa depan.
c. Fase akhir
Kira –kira antara usia 18-21 tahun. Sangat percaya diri dalam mengambil keputusan terhadap urusan pribadinya adalah sifat yang menonjol.
Masalah-masalah yang dihadapi putra-putri terkait kesehatannya.
- Jasmani
1. Terlambatnya masa baligh
2. Permasalahan pada sistem reproduksi (putri)
3. Tumbuhnya rambut pada bagian tubuh tertentu
4. Pola makan yang salah
5. Sembelit
6. Tumbuhnya jerawat
7. Keluar keringat secara berlebihan
8. Tulang punggung membengkok
9. Terlalu sering menggunakan hp
10. Terlalu sering menggunakan komputer atau televisi
- Rohani
1. Kehilangan rasa percaya diri
2. Perasaan sedih yang tidak jelas sebabnya
3. Susah tidur
4. Mimpi
5. Ramalan bintang
Kesalahan orang tua dalam mendidik anak
- Tidak menjelaskan masalah agama dan akhlak kepada anak-anaknya
- Merasa malu dan enggan untuk menjelaskan kepada putrinya tentang pemahaman yang sebenarnya mengenai kondisi kewanitaannya yang berbeda dengan anak laki-laki dalam banyak hal, begitu pula sebaliknya kepada anak laki-laki.
- Ibu cemburu terhadap putrinya, sebaliknya ayah cemburu pada putranya
- Tidak memperhatikan apa yang diperbuat dengan mainan pengantin anak putrinya
- Tidak memperhatikan jenis permainan yang dilakukan anak sulungnya terhadap adik-adiknya
- Tidak memperhatikan cara bermain yang dilakukan anak putri dan putranya
- Tidak memperhatikan teman bermain anak-anaknya
- Tidak memperhatikan gizi keluarga
- Tergantung pada pembantu rumah tangga
- Tidak memperhatikan sekolah dan tugas sekolah anak-anaknya
- Tergantung pada guru privat
- Tidak memperhatikan masalah kesehatan anak-anaknya
- Tidak menghibur kekosongan hati anak-anaknya
- Mendahulukan anak laki-laki daripada anak perempuan
- Menyebarkan rahasia anak-anaknya kepada keluarga besar
Bekal agama dan akhlak, serta pengaruhnya
- Ciri mukmin ideal
1. Sabar dan mampu mengontrol gejolak jiwa
2. Bijaksana dan toleran
3. Tidak berputus asa
4. Jauh dari dendam dan dengki
5. Tawadhu’
- Etika umum yang harus dimiliki remaja
1. Berpegang teguh pada ajaran agama
2. Ikhlas dalam beribadah dan beramal dengan sempurna
3. Berhusnudzon
4. Wara’, menjauhi perkara haram dan syubhat
5. Tajut kepada Allah
6. Malu kepada Allah
7. Menjaga kehormatan
8. Menundukkan pandangan
9. Tidak cerewet
10. Sabar
11. Tidak emosional
12. Jujur dalam ucapan dan perbuatan
13. Menepati janji
14. Menjaga rahasia
15. Tulus dengan sesama teman
16. Dermawan dan lebih mendahulukan kepentingan orang lain
17. Qana’ah
18. Tawadhu’
19. Penuh kasih sayang dan memudahkan urusan orang lain
20. Menutupi aib orang Islam
21. Birul walidain
22. Menahan hawa nafsu
23. Santun dan mau memaafkan kesalahan orang lain
24. Adil, tegas dan tidak dzalim
25. Berani karena Allah
26. Murah senyum dan ramah
27. Menghormati adat dan kebiasaan
28. Menjaga kebersihan
Sumber :
The Good Mother karya DR. Amimah Al Jauhari
Penerbit : Sahara Publishing
Label:
BELAJAR,
dunia pendidikan,
Parenting
Sabtu, 17 Oktober 2009
Putra-putri kita bukan anak kecil
Kita sering
mengatakan kepada putra-putri kita: ” Kamu masih kecil ”. Kalimat itu membuat
mereka merasa bahwa mereka tidak bisa berfikir seperti orang dewasa. Akibatnya,
mereka selalu bergantung kepada kita dalam segala hal.
Ketika mereka dewasa,
jiwa mereka tetap anak kecil. Mereka enggan menjenguk paman yang sakit atau
malu-malu jika diajak berdialog dengan kepala sekolah. Mereka juga tidak mampu
menyelesaikan masalah kecil yang menimpanya. Demikianlah kalimat yang sepele
tadi mencetak generasi yang berusia dewasa tetapi berfikiran kecil dan bertekad
lemah. Dan membuat mereka tidak bisa berfikir, berkreasi dan berinovasi.
Dalam dunia
pendidikan, salah satu kewajiban kita adalah berhenti menyebut putra-putri kita
sebagai anak kecil. Dan realitanya, mereka bukan anak kecil. Sebab, anak
berusia 5 tahun saja bisa menjadi perawi hadits, apalagi sekedar menghafalnya.
Menurut jumhur ulama,
usia minimal seorang muslim untuk dapat meriwayatkan hadits Nabi saw adalah 5
tahun. Orang-orang shalih telah mengambil pelajaran ini dengan baik. Mereka
mengajak anak-anak mereka yang masih kecil untuk belajar hadits pada guru-guru
besar. Al Khatib Al Baghdadi menceritakan bahwa Abu Ashim berkata: ” Aku
membawa anakku yang berusia 3 tahun kepada Ibnu Juraij. Lalu ia mengajarinya
hadits Nabi saw ”. Abu Ashim berkata: ” Tidak apa-apa mengajarkan hadits dan Al
Qur’an kepada anak seusia itu ”. Maksudnya, jika ia paham.
Sesungguhnya,
putra-putri yang masih kecil mempunyai potensi akal dan fikiran yang bisa
membuat mereka menjadi inovator. Kita harus mengikutsertakan mereka dalam
pembicaraan kita yang sesuai dengan mereka. Kita juga harus mau menjawab
pertanyaan mereka dengan penuh kejujuran dan obyektif, tanpa meremehkan
kemampuan akal mereka. Dan kita juga harus menjadi pendengar yang baik bagi
pendapat dan ide mereka.
Terkadang anak kecil
menyampaikan pendapat atau pertanyaan yang membuat kita berfikir tentang suatu
gagasan inovatif yang tidak terfikir oleh kita sebelumnya. Percaya atau tidak,
ide pembuatan biskuit yang digunakan sebagai wadah es krim berasal dari
celetukan seorang anak : ” Mengapa orang-orang tidak memakan bungkus es krim
agar tidak membuang sampah di jalan ? ”. Kira-kira begitu pertanyaannya. Dan
gagasan inovatif yang berasal dari anak kecil kadang mampu memecahkan banyak
masalah yang kita hadapi. Sekarang, pertanyaan yang muncul : apa media praktis
yang dapat kita gunakan untuk membangkitkan mental anak kita ?
Pertama,
hendaknya kita mendorong mereka untuk berani berbicara atau mengemukakan
pendapat meskipun ia masih muda, bahkan di depan orang yang lebih tua. Karena itu
akan menambah semangat, kepercayaan diri dan kecintaannya terhadap ilmu.
Kedua, bersikap
ramah dan mengakui akan haknya yang benar. Karena itu akan mendidiknya menjadi
orang yang ramah, memperjuangkan haknya dan menghargai hak orang lain.
Ketiga, mengajak
mereka menjenguk orang yang sakit. Karena pada periode fitrah usianya, sangat
potensial untuk memancarkan suber kebaikan sehingga mereka terdidik menjadi
anak yang suka mengasihi, menyayangi, dermawan, murah hati dan merindukan
persahabatan serta kerjasama.
Keempat,
mengajak mereka ke masjid untuk mengikuti shalat berjamaah atau majlis ilmu
meskipun nantinya mereka akan membuat keributan dan melakukan gerakan-gerakan
khas anak-anak. Karena hal itu akan membuat mereka merasa senang, aman dan
tentram serta mendorongnya untuk mencintai masjid dan majlis ilmu.
Keenam, ikutsertakan
mereka dengan kegiatan yang melibatkan para inovator, intelektual, orang
beradab dan tentu saja orang-orang shalih. Karena itu akan memotivasi mereka
untuk berinovasi dan berkreasi.
Kepada ayah yang
budiman, ibu yang penyayang, para pendidik (apapun profesi anda dan berapapun
usia anda sekarang), mari kita maksimalkan usia potensial yang sedang dimiliki
anak-anak kita sekarang. Bersama kita mencetak Inovator yang Rabbani. Kita
jadikan diri kita pendidik yang kaya strategi dengan mempelajari tindakan para
cendekiawan. Be a Genius Teacher !!!
Sumber :
Al Mu’thi, Abdullah Muhammad Abdu. 2008. Be a genius teacher ( Mendidik dengan Kreatif ) Edisi Indonesia hal 51-65. Surabaya : Pustaka eLBA.
Label:
BELAJAR,
Dunia Anak,
dunia pendidikan,
Islam,
motivasi,
Parenting,
psikologi
Selasa, 16 Juni 2009
Apa Temperamen Anda ?
Ketika berhadapan dengan
orang lain, terdapat dua kemungkinan yang dapat terjadi. Pertama, anda akan
merasa cocok dengan orang yang anda hadapi dimana anda merasa memiliki
kemiripan sifat dengan orang tersebut. Kedua, anda justru merasa sama sekali
tidak cocok dengan orang yang anda hadapi, dimana orang tersebut memiliki
perilaku, kebiasaan, dan sifat yang 100% berbeda dari anda.
Kira-kira, mengapa hal
ini terjadi? Ya, benar sekali. Karena kita semua berbeda. Apa yang berbeda?
Penampilan? Suku? Tingkat penidikan? Salah satu perbedaan utama yang paling
membatasi hubungan interpersonal adalah apa yang di dunia psikologi disebut
sebagai temperamen. Oleh karena itu, melalui artikel ini, mari kita bahas
tipe-tipe temperamen yang dimiliki manusia. Dengan memahami hal ini, harapannya
kita dapat lebih memahami temperamen yang kita miliki serta keragaman yang ada
di sekitar kita. Pada akhirnya, kita dapat menyesuaikan diri lebih baik dengan
orang-orang yang kita temui setiap hari.
Temperamen adalah
kombinasi dari sejumlah unsur kepribadian seperti kebiasaan komunikasi, pola
tindakan, sikap, nilai-nilai, dan bakat. Temperamen juga dapat menunjukkan
kebutuhan pribadi, potensi kontribusi individu di tempat kerja, dan perannya di
lingkungan sehari-hari.
Menurut Dr. David
Keirsey, terdapat 4 temperamen dasar pada manusia. Ke empat temperamen tersebut
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, tidak ada satu temperamen
yang lebih baik dari yang lain. Perbedaan temperamen hanya menunjukkan
perbedaan individual, tidak menunjukkan bahwa individu yang satu lebih unggul
dari yang lain.
Berikut adalah gambaran 4 Jenis temperamen dasar tersebut:
GUARDIAN
- Lebih senang membicarakan hal-hal yang konkret. Lebih menyukai pembahasan berkaitan dengan sesuatu yang secara nyata memang ada di sekitar mereka. Alur pembicaraan tampak teratur, hanya akan berpindah topik jika hal itu memang berkaitan dengan apa yang dibicarakan sebelumnya.
- Norma dan peraturan yang berlaku memiliki peranan penting, sehingga beranggapan selayaknyalah hidup dijalani dengan sikap kooperatif, patuh, taat, dan konform terhadap norma dan peraturan tersebut.
- Mempercayai sosok otoritas, sehingga sering kali bertindak sebagai “garis” yang memastikan bahwa orang lain dan lingkungan mereka menjalankan norma dan peraturan sebagaimana mestinya.
IDEALIST
- Lebih banyak berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata abstrak dan perumpamaan. Lebih senang berbicara mengenai hal-hal yang tidak secara nyata dapat diamati, tetapi hanya dapat dibayangkan. Percaya bahwa dunia memuat banyak kemungkinan yang menunggu diwujudkan, dunia memuat banyak makna yang perlu dimengerti.
- Biasanya memiliki intuisi yang tajam. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengerti perasaan serta pemikiran orang lain dan menarik hal-hal di luar sesuatu yang konkret. Biasanya peka terhadap simbol-simbol, tanda, atau “benang merah” antara satu hal dengan hal yang lain. Pada saat berkomunikasi, akan dengan mudah memindahkan satu topik pembicaraan ke topik lainnya
- Sensitif terhadap perasaan orang. Kepedulian individu Idealist terhadap orang lain merupakan salah satu bentuk dari sikap altruistik (sikap suka menolong) yang mereka miliki. Karena mereka biasanya dapat memahami keadaan dan perasaan orang lain, mereka pun dapat membantu orang tersebut untuk mengatasi keadaan dan perasaan yang dialami.
ARTISAN
- Cenderung menggunakan kata-kata yang konkret ketika berbicara atau menyampaikan pesan. Mereka biasanya berbicara mengenai sesuatu yang sedang terjadi saat itu juga dan tidak terlalu menyukai pembicaraan tentang sesuatu yang tidak tampak atau tidak nyata. Lebih mengutamakan cara-cara yang dipandang akan memberikan hasil dan bisa dikerjakan segera.
- Tertarik terhadap apa yang terjadi di sini dan saat ini sehingga berusaha menikmati apa yang dimiliki sekarang. Akan berusaha mendapatkan sesuatu yang menyenangkan, terutama secara fisik. Kesenangan akan menimbulkan semangat. Seringkali mencari hal-hal yang menimbulkan stimulasi. Mudah merasa bosan.
- Umumnya peka terhadap harmonisasi seperti kesesuaian warna-warna, kesesuaian alat musik tertentu untuk memunculkan keindahan sebuah lagu, dan sebagainya. Memiliki kepekaan untuk saling menyesuaikan berbagai unsur dari sesuatu untuk mendapatkan hasil yang paling indah/bagus. Jika perlu, mencari variasi cara/tindakan di luar yang biasa agar tujuan tercapai dan tidak membosankan.
RATIONAL
- Senang berbicara dengan menggunakan bahasa yang abstrak. Lebih senang membahas mengenai apa yang ada di dalam benak mereka, dibandingkan apa yang mereka amati. Lebih berorientasi pada hal-hal yang logis. Individu ini cenderung berpikir secara deduktif, yaitu berpikir mengenai sesuatu hal yang sifatnya umum lalu menarik kesimpulan tentang hal-hal yang lebih khusus berdasarkan hal umum tersebut.
- Percaya bahwa tidak ada suatu hal pun yang benar-benar tepat karena kemungkinan terjadinya kesalahan itu selalu ada. Oleh karena itulah, mempertanyakan suatu hal secara berulang menjadi sesuatu yang wajar dilakukan, sampai akhirnya menemukan tindakan pencegahan agar kesalahan itu tidak terjadi, atau justru menemukan solusi untuk mengatasi kesalahan itu.
- Cenderung pragmatis dalam melihat sesuatu. Sesuatu akan memiliki nilai lebih jika dapat memberikan hasil yang maksimal namun dengan usaha yang minimal. Berusaha untuk tidak mengekspresikan perasaan dan menekannya dalam-dalam agar tidak mengganggu proses logika. Dampaknya, tidak jarang dianggap sebagai individu yang dingin dan tidak berperasaan, padahal sesungguhnya mereka hanya berusaha untuk rasional.
Melihat perbedaan yang ada pada keempat tipe temperamen di atas, jangan lantas anda mengkotak-kotakkan setiap individu yang anda temui. Memang setiap individu berbeda, namun antara satu individu dengan individu lain masih dapat berinteraksi beriringan. Keempat tipe individu tersebut di atas, (Guardian, Idealist, Artisan, dan Rational) bisa saling bersinergi. Mereka bisa saling mengisi kelemahan orang lain dengan menyumbangkan kelebihan yang mereka miliki.
Setelah mengenali
keempat tipe temperamen, langkah pertama adalah menentukan apakah tipe
temperamen yang anda miliki? Kemudian tentukan tipe temperamen orang-orang yang
terlibat dalam keseharian anda. Terakhir, lihat apa yang bisa anda
kontribusikan kepada tipe temperamen lain, dan ajak orang lain juga
berkontribusi sesuai tipe temperamennya. Mudah bukan? Sekarang anda sudah bisa
selangkah lebih maju. Tidak hanya anda telah mengetahui tipe-tipe individu yang
ada, anda juga sudah bisa menjadikan perbedaan individu sebagai alat untuk bekerja
bersama menghasilkan yang lebih baik.
(Nur Rachmawati Lubis, S. Psi)
Label:
BELAJAR,
dunia pendidikan,
motivasi,
Parenting,
psikologi
Langganan:
Komentar (Atom)













