Setiap kejadian kecil pun ada hikmahnya …




Minggu, 31 Januari 2010

Muslimah Tahan Banting



Percaya atau tidak, tapi ini adalah kisah nyata tentang muslimah tahan banting. Bahasanya agak kurang intelek, tapi biarlah… Semoga tidak mengurangi maksud saya tuk berbagi dan merenung.


Ia seorang gadis. Berasal dari negeri di luar pulau Jawa yang padat, negeri yang terpencil. Hidup berdua bersama ayahanda tercinta, piatu sejak belia. Ia tidak pernah melawan dan selalu berusaha menyenangkan hati ayahnya. Dan ayahnya sangat mencintai dan berusaha melindungi putri satu-satunya ini.

Namun, keharmonisan itu berubah menjadi teror dan kesedihan. Sang anak yang sedang menginjak remaja tergugah hatinya akan hidayah yang datang dari Rabb-nya, tanpa ragu mengucap kalimah syahadat dan meninggalkan keyakinan awalnya, Kristen. Sudah tentu ayahnya marah besar karena ia termasuk Kristen yang taat. Kasih sayang berubah menjadi amarah. Tak ada lagi belaian hangat, justru tamparan dan cambukan yang diberikan ketika mendapatinya diam-diam menunaikan shalat atau saat masih terbata-bata mengeja huruf hijaiyah. Berulang-ulang, setiap hari, ia masih menjaga konsistensi. Kadang tersirat di hati, akan melarikan diri. Ia tak mau mati konyol hanya demi menjaga akidahnya yang berusia dini. Namun, ia tak tega meninggalkan ayah yang rambutnya telah memutih di sana-sini. Ayah yang membesarkannya seorang diri tanpa dampingan istri.

Maka, ia memutuskan untuk tetap menjaga akidahnya dengan cara apapun dan tetap pula berada di sisi ayahnya. Meski derita itu kan terus menyakiti raga, ia berusaha membesarkan sanubari. Mencoba memahami apa yang dirasakan orang yang ia sayangi. Memupuk sabar seluas bumi sembari bermunajat demi mengetuk nurani ayah yang amat dicintai. Dengan harapan, semoga suatu saat sang ayah memperoleh hidayah dari Illahi. Kemudian bersama-sama menjadi penghuni Jannah yang abadi. Ia masih berharap hingga kini …


Di lain tempat, ada seorang ibu muslimah. Kekerasan rumah tangga sudah jadi makanan hariannya. Memiliki anak empat, bersuamikan penjudi, tidak kemudian membuatnya mengeluh apalagi menganggap Tuhan tidak adil. Memang, banyak yang sudah menasihatinya untuk bercerai karena kalau dilihat-lihat hidupnya sangatlah tidak memadai. Kasihan jika anak-anaknya ikut jadi korban kekerasan suaminya.

Namun, lihatlah kebeningan dan kelembutan hatinya. Ia tetap bersikukuh untuk mendampingi suaminya. Berharap kesabaran ini akan membuahkan kesadaran suaminya. Setiap malam selalu ada doa untuk sang suami, meski setiap siang selalu ada tamparan untuknya. Sayang sekali, pintu hati yang selalu ia ketuk ternyata terkunci sangat kuat dan tertutup sangat rapat. Sangat sulit baginya mencari celah, justru sang suami mengajak berpisah. Tidak sampai diceraikan memang, namun diusir dari rumahnya sendiri  cukup membuat gamang. Masihkah ia bertahan ? Wallahu’alam.


Kekerasan, seringkali terjadi di sekitar kita. Hati yang tak pernah tersentuh ayat-ayat Illahi telah menyihir pikiran dan perbuatan menjadi ikut keras. Dan akhirnya hanya akan menimbulkan kerusakan. Padahal jelas-jelas Allah tidak menyukai kerusakan. Di luar sana, masih banyak muslimah yang berjuang keras melawan kekerasan dengan berbagai cara. Semoga selalu ada Allah di hati mereka sebagai tujuan hidup. Sehingga sekeras apapun hidup yang mereka hadapi, mereka tetap muslimah yang tahan banting.




" Hobi kok membaca ? "


Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan perantaraan pena. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Apa hobi anda ?
Sebuah pertanyaan yang jawabannya bermacam-macam dengan sudut pandang manusia yang beragam. Ada yang menjawab : berkuda, renang, memancing atau memasak. Akan tetapi, alangkah mengherankan bila ada yang berkata : ‘hobi saya adalah membaca’. Padahal membaca adalah kebutuhan primer dan bukanlah hobi. Sama halnya seperti bernafas, makan, atau tidur. Karena tanpa hal-hal tersebut kehidupan ini tidak akan berjalan. Faktanya adalah wahyu pertama yang diterima Rasulullah saw.

Kendati Beliau adalah nabi yang ummi, namun justru malaikat Jibril meminta beliau untuk membaca sebelum memberitahukan bahwa beliau adalah utusan Allah. Yang menarik adalah dari sekian banyak kata dalam Al Qur’an ( ada 77.000 kata ) justru yang dipilih Allah adalah kata ‘Bacalah!’. Dari sekian banyak perintah ( shalat, berinfak atau berjihad ) justru perintah awalnya adalah membaca! Apakah wajar bila dikatakan bahwa perintah pertama yang turun dari langit berbicara mengenai sebuah hobi yang disukai sebagian orang dan dibenci sebagian lainnya ? Bukankah ini menunjukkan keharusan membaca ?

Ayat-ayat pada surat Al Alaq  diawali dengan nama Allah dan semenjak awal telah mengarahkan Rasulullah untuk membaca dengan nama Allah. Kemudian ayat-ayat ini menjelaskan tentang hakikat pengajaran yaitu pengajaran oleh Tuhan kepada manusia dengan media pena. Allah mengajarkan nilai pena dan mengisyaratkannya pada detik pertama turunnya risalah mulia tersebut. Meskipun pengaruhnya baru dirasakan setelah bertahun-tahun setelahnya. Betapa nikmat pena itu sangat bermanfaat. Tanpanya, ilmu pengetahuan tak dapat dibukukan, hikmah tak dapat dicatat, sejarah tak dapat diabadikan, kitab Allah tak dapat terpelihara baik, agama tak bisa berdiri tegak dan kehidupan tak berjalan. Selain itu, ayat-ayat ini berbicara mengenai sumber belajar yang hakiki, Allah swt. Dari Dia-lah manusia belajar sesuatu yang belum diketahuinya. Dari Dia-lah pengajaran dan pengetahuan. Maha Suci Allah yang telah mengeluarkan manusia dari kebodohan kepada terangnya ilmu pengetahuan.

Oleh karena, sudah sepantasnya membaca adalah jalan hidup. Karena kehidupan orang-orang shalih, para inovator dan pencetak kehidupan tidak bisa berjalan lurus tanpa membaca. Dan membaca yang menjadi jalan hidup adalah membaca yang membangun dan tidak meruntuhkan, yang memperbaiki dan tidak merusak, yang diridhoi Allah dan dimulai dengan menyebut nama Allah untuk meminta pertolongan pada-Nya dan tidak menyombongkan apa yang dibacanya terhadap sesama hamba Allah.

Sumber :
Be a Genius Teacher ( Mendidik dengan Kreatif ) seri 1 karya Abdullah Muhammad Abdul Muthi
Cetakan pertama / Juni 2008. Terbitan Pustaka Elba, Surabaya.