Gundu, atau istilah umumnya kelereng adalah mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca, tanah liat, atau agate. Ukurannya sangat bermacam-macam. Umumnya ½ inci (1.25 cm) dari ujung ke ujung. Dapat dimainkan sebagai permainananak, dan kadang dikoleksi, untuk tujuan nostalgia dan warnanya yang estetik.
Yang suka memainkannya biasanya anak-anak, laki-laki atau perempuan sama saja. Gak kenal gender, adil to? Waktu kecil, saya dan adik suka mengoleksi beberapa gundu yang bentuknya unik. Sekarang sih, emang gak lagi. Tapi mungkin dari situlah, hobi saya mengoleksi yg unik2 terbentuk. Wallahu’alam.
Sekedar nostalgia aja, sebelum nulis postingan tentang lagu anak Jambi. Lagi2 lagu, ya gimana ya??? I like sing a song, sich …. Apalagi neh lagi mudah banget nirunya, chordnya juga mudah. Coba aja!
“ Maen Gundu ”
Do do re mi
Do do re mi
Fa mi re
Re re mi fa
Re re mi fa
Sol fa mi
Mi mi fa sol
Mi mi fa sol
Fa mi re
Re re mi fa
Re re mi fa
Mi re do
Maen gundu, maen gundu
Di laman
Jangan lupo, jangan lupo
Makan …
Maen gundu, maen gundu
Di ladang
Jangan lupo, jangan lupo
Sembahyang …
Hehe, simple kan? Tapi ada pesan yang terkandung di dalamnya. Buat anak kecil, diingatkan lewat nyanyian itu terkesan tidak menghakimi tapi menyadarkan. Oh iya, jangan keasyikan main. Ingat makan, ingat sembahyang. Gitu …
Klo yg udah gedhe, gak perlu lagi kan diingatkan begitu? Klo masih, berarti kita sama donk dengan anak kecil. Selamat bermain gundu... ( lho ??? )
Bulan Desember, biasonyo di Jambi lagi musim durian atau orang kito nyebutnyo ‘Duren’. Sempat dibikin ngiler samo kawan, pas dio bilang hargo duren lagi murah2nyo. Dak nanggung-nanggung, sekok tu seribu. Dasarnyo doyan kali yo, dengar gitu be lah pengen. Sayang, jauh di negeri orang. Yang ketemu pun, hargonyo 10 kali lipat. Kapan balek yo?
Nah, buat hiburan ado postingan lagu anak daerah Jambi ne. Jangan ketawo dulu….
“ Musim Duren”
Musim duren tibo
Baunyo lah nyengat
Orang di dusun
Lah tegak pondok ngadang
Kalu angin datang
Senang nian ati
Tedengar bunyi ‘buk!’
Tengoklah kalu iyo
Ado yang dijual
Ado yang dimakan
Sisonyo jadi tempoyak
Kwak.. kwak..kwak…
Ingat pertamo kali dengar lagu ne, pas kelas 5 SD. Tegelak2 samo mama beduo, ado2 be yg bikin lagu ne. tapi, kalu dipikir2 sekarang ne, cukuplah jadi pengobat rindu. Alhamdulillah, kemaren sempat nyicip duren. Gratis pula. Dasar! Gitulah gawe anak perantau kos2an, mahasiswa pulak!
Sepi benar senja ini Bayunya semilir, menganak ombak kecil Jalur ufuk pula mengemas terang Kapal dan layar terkapar Mengapa nantikan senja Barukan terdetik, pulang ke pengkalan Gusar malam menghampiri Ku tewas di lautan Tuhan layarkanku ke arah cinta-Mu Tuntuniku menggapai redha-Mu Rimbunan kasih-Mu ku berteduh Kepada-Mu ya Tuhan Berikan secebis keinsafan Bekalan sepanjang perjalanan Mencari ketenangan c/o Biar Kau menjadi saksi Tulus tangisku kala dini hari Kesempatan yang hanya sebentar Moga keikhlasanku terlakar Berikanlah ku hidayah Agar dikuatkan iman yang lemah Moga diberkati hidup ini Menuju bahagia yang kekal abadi Pada-Mu Tuhan Kan kuserahkan cinta kepada-Mu
Harapanku moga dikurniakan Manisnya iman berpanjangan Moga lautan hilang gelora
(Prologue)
Izinkanlah aku bercerita
Sebuah kisah yang telah engkau tahu
Dari kaca TV dan di dada-dada akhbar
Kau sendiri melihat dan mendengarinya, bukan?
Penginayaan satu bangsa terhadap satu bangsa yang lain
Beginilah apabila kemanusiaan di penghujung kewarasan Merengkok tubuh mungil
Diatas pasir berbumbung langit
Entah apalah dosanya
Rebah dihinggap peluru yang tak bermata
Berkawat lasykar angkuh
Dibalik jentera perisainya
Berselendangkan senjata
Tiada belas nuraga nun dihatinya
c/o
Dunia bagai pejamkan mata
Serta terpasung tangannya
Tidak mampu berbuat apa
Sedangkan mungkar beraja ... oh
(ohh mengapa? .... ohhh)
(Monologue)
Netzarim, Khan Yunis, Gaza, Jenin, Nablus dan sepanjang tebing barat
Hari demi hari
Lasykar angkuh ini terus mengganas mencari mangsanya
Kanak-kanak atau orang tua
Tidak mengapa
Pada mereka sama sahaja!!! Mengalir darah merah
Di atas bumi suci Anbia
Laungan Intifada
Bergema membakar
Semangat perjuangan
Solo dan ulang c/o
(Epilogue)
Sampai bila...?
Sampai bilakah penindasan dan
kekejaman ini akan berterusan?
Sampai bilakah bumi Anbia ini akan terus
menyaksikan pertumpahan darah?
Sampai bila rakyatnya harus terus
terkapai-kapai mencari keadilan dan kebebasan?
Batanghari aeknyolah tenang Biakpun tenang deraslah ketepi Anaklahnyo Jambi jangan lah di kenang Siang tebayang bamimpi malam lah bamimpi Anaklah Jambi jangan lah di kenang Siang tebayang bamimpi malam lah bamimpi Jalanlah jalan ke Ojong Jabong Singgah sebentar di Penyaguan Oy rindu dan dendam dik oy idaklah tetanggong Budi setitik kenang jadilah kenangan Rindu dan dendam dik oy idaklah tetanggong Budi setitik kenang jadilah kenangan
Pegi besantai ke Tanggo Rajo Nampaklah jelas Jambi Seberang Maulah ku pinang dek oy apolah kan dayo Sudahlah nasib orang diambeklah orang Maulah ku pinang dek oy apolah kan dayo Sudahlah nasib orang diambeklah orang
Batanghari kebanggaan Jambi Sungai tepanjang sebatas negeri Pojoklahnyo hati dek oy bawaklah menari Mari berjoget lagu si Batang Hari Pojoklah hati dek oy bawaklah menari Mari berjoget lagu si Batang Hari
Taman dzikir, taman hening Taman perempuan cahaya ... 2x Panas matari hujan air mata rindu Menyemai taman zikir taman doamu Mawar-mawar yang dia kirimkan padaMu Tumbuh merekah, hiasi sajadah Yang terus memanjang pada sisa kala Di taman zikir, taman hening yang mawar itu Kau temui ribuan perempuan cahaya Menjelangnya, memohon untuk merengkuhmu Tlah kau tumpukan, penuh awan-awan asa Dan kau dekap pelangi MahabbahNya Kau fana yang memanjati langit ma'rifatNya Di taman zikir, taman doa dan nafasMu Di tengah perempuan, perempuan cahaya Kau menjaga dengan air mata Di taman zikir Taman doa dan nafasMu Di tengah perempuan, perempuan cahaya Nyala masa yang tersisa Demi hasrat abadi itu (Renungan): Tuhan... Bila sujudku padaMu Karena aku takut neraka Bakar aku dengan apiNya Bila sujudku padaMu Karena damba syurga Tutup untukku syurga itu Namun bila sujudku demi Kau semata Jangan palingkan wajahMu Tuhan... Aku rindu menatap keindahanMu Sungguh telah Dia fanakan dirimu itu Tetapi tidak cintamu kepadaNya Sebab di taman zikir, Doa dan nafasMu Oh cintaMu dan kekasih adalah baka.
Andai waktu bisa kembali, ku rindu saat2 kebersamaan itu lagi. Di mana ikatan ukhuwah ini terasa sangat erat, berkorban bukanlah hal yang harus dipikirkan dua kali. Ya Rabb, sampaikan salam kerinduan ini pada para mujahid di sana. Ridhoilah perjalanan panjang mereka dan pertemukan kembali kami di dalam Jannah-Mu. Amin...........
Itulah kira2 bunyi lirik nasyid ‘Give Thanks to Allah’-nya Zain Bikha yang menjadi lagu wajib dalam Lomba Nasyid Akhwat se-Jogja. Diselenggarakan oleh KMFM UGM tgl 14 Nov ’09 di Gedung A2 FMIPA UGM dalam rangka memeriahkan Muslimah Fair 2009. Memperebutkan tropi dari Gubernur Jogja, tropi Depag dan tropi dari Rektor UGM. Dengan mendatangkan juri dari kalangan ANN (Mba Ome) dan dari personil tim nasyid ‘Tiara’ (Mba Candy). Rencananya, para tim yang jadi peserta lomba ini akan dimasukkan ke dalam ANN dan bakal ada pembinaan yang lebih intensif dari ahlinya. Jadi selain unjuk kebolehan, peserta juga bakal dapat ‘tiket masuk’ ANN.
Publikasi lomba banyak yang disebarkan via sms ke beberapa akhwat. Bagi kalangan munsyidah, hal ini dicari2 banget. Setelah lama menanti dan hanya bisa berkutat di daerah sendiri, akhirnya bisa juga unjuk kebolehan di depan umum (maksudnya, di hadapan khalayak akhwat lainnya…). Bisa melihat tim nasyid lain plus dapat hiburan. Cuma mbayar pendaftaran 20.000 rupiah, dapat banyak hal berharga termasuk saudara n pengalaman.
Dari UNY sendiri, ada 2 tim nasyid akhwat yang cukup eksis yang mengikuti lomba. ‘Az Zahro’ dan ‘DaWAi’. Padahal salah satu personil Az Zahro adalah pelatihnya Dawai. Hehe, murid lawan guru gitu. Gak masalah kan, jadi rival sehari… Belum tentu juga guru yang menang. Tiap tim kan punya karakter dan gaya masing-masing. So, Pe-De aja lagi.
Persiapan lomba bisa dibilang cukup singkat, hanya memakan waktu 5 hari. Dari latihan di sela2 kesibukan. Menyiapkan vocal, iringan, koreografi, kostum, dan sebagainya. Sempat timbul sedikit masalah, tapi yang namanya hidup kan gudangnya masalah. So, hadapi aja dengan kepala dingin dan selesaikan dengan baik. Gak usah diambil pusing, rebut, apalagi sampai membatalkan lomba. ‘Tul gak ?
Pas hari H, beberapa tim udah datang dari jam 7 untuk registrasi ulang dan mengambil nomor urut peserta. Rencana mau dimulai jam 8 tapi ternyata MC-nya baru cuap2 jam 9. Di Indonesia banyak pohon karet, apakah itu sebabnya masyarakatnya jadi suka ngaret ??? Wallahu ‘alam.
Setelah dibuka dengan salam, tilawah dan sambutan2 (biasa formalitas gitu…) akhirnya tibalah saat unjuk gigi tsb.
Az Zahro kebagian jatah urutan ke-4, setelah sebelumnya diloby untuk mundur dikit dari urutan 3 karena ada peserta yang bocking minta urutan pertama. Ada kepentingan mendesak, katanya. Saat maju ke depan, Dawai yang notabene adalah adik angkatannya Az Zahro memberikan support yang bener2 meriah. Maklum, sedang berada di kawasan orang. Jadi rasa kebersamaan bisa dibilang tinggi. Jadi terharu, hiks2…
(give thanks to Dawai………)
Dipoles dengan gaya ‘rap’, Az Zahro pun menampilkan Give Thanks to Allah-nya. Kemudian alunan music Sunda pun mengalir mengiringi “Pematang”-nya Gradasi sebagai lagu pilihan. Agak nervous sih, katanya. Padahal udah ‘tua’, tapi belum pernah ikut lomba. Hehe, maklum aja yach.
Di urutan ke-5, ada Dawai yang menampilkan give Thanks to Allah dengan gaya paduan suara. Kedengaran biasa aja sih. Tapi pas bagian ‘mocopat’, para peserta dan juri jadi terkagum2 bahkan mengabadikan moment tsb di hp kamera mereka. Weleh2, belum apa2 udah jadi artis duluan nih. Dilanjutkan dengan “Remaja Peduli”-nya EdCoustic yang merupakan cerminan karakter Dawai : kompak dan rame. Bener2 berekspresi, khas anak muda. Emang saya udah tua ya ???
Setelah nampil, beberapa personil ada yang pulang karena punya urusan masing2. Namanya juga aktivis ya, tapi hebat lho bisa sempet2nya ber-nasyid. Sisanya tetep nonton peserta lain. Beberapa tim ada yang menambahkan alat music seperti gitar, keyboard, biola dan iringan dari laptop. Unik, karena rata2 gak nyambung antara suara sama ringannya. Mungkin karena kurang persiapan jadi belum match. Dan penampilan peserta berakhir pukul 12an.
Rencana awal, setelah nonton pengen langsung pulang. Ternyata, kata MC bakal ada pengumuman pemenang dan ada penampilan Mba Candy dengan tim ‘Tiara’-nya. Ya udah, daripada penasaran kan eman2. Mending nunggu aja toh bisa jalan2 keluar sebentar nyari udara segar.
Setengah jam kemudian, tibalah saat mendebarkan tsb. Sebelum mengumumkan, para juri yang awalnya kelihatan seram saat menilai ternyata narsis ‘n gaul juga, memberikan sedikit lomentar tentang penampilan para peserta, mulai dari seragam, sandal, suara, music, koreo dan lain2. Cukup bikin geli peserta sendiri, mengingat kekurangan masing2. Nah, saat mengumumkan pemenangnya, gak tau kenapa para peserta kompak hening dan berdoa dalam hati. Ya iyalah, namanya juga mengharap bisa menang.
Dan pemenangnya diurutkan dari no-3, yaitu tim ‘Syakira’ yang kelihatan wah dengan kostumnya. Juara 2 adalah dari tim ‘Narisda’ dari SMA berapa….. gitu di Jogja (lupa dari mana ‘n emang untuk domisili Jogja). Nah, tambah tegang saat nunggu untuk Juara 1. Dan pemenangnya diraih oleh……………………………..
“ D a W A I ”
Alhamdulillah wa syukurillah…..
Nasyid dari UNY gak sia2 datang ke saudara tuanya, dapet juga tuh juara. Setelah berpelukan saking terharunya, salah satu personil mewakili tim berdiri di depan untuk diperkenalkan ke peserta lainnya. Oh……… ini toh juaranya, gitu mikir mereka kali ya. Selamat buat ‘Dawai’, terbukti kan murid bisa lebih baik dari guru. Hehe…
Untuk pengambilan hadiah, Dawai diminta untuk hadir saat Seminar Kemuslimahan Nasional yang akan diadakan KMFM UGM tgl 21 Nov ’09. Dan juga diminta untuk tampil menghibur peserta seminar. Hweleh2, udah menang, dapet jura, dapet tenar-nya juga ya.
Yups, ternyata nasyid akhwat juga gak kalah hebat ma nasyid ikhwan.
Bahkan rencana, ANN bakal menggarap dengan serius untuk pembinaan para munsyidah ini.
Jadi, jangan mau kalah ma ikhwan (lho..???)
Tetep semangat menyalurkan potensi dan hobi, yang penting caranya benar dan buat dakwah…
Senang dapat, ridho Allah pun dapat.
Semoga Dawai bisa menginspirasi akhwat2 lain yang mungkin punya keinginan bernasyid tapi belum punya kesempatan dsb.