Setiap kejadian kecil pun ada hikmahnya …




Rabu, 30 Juni 2010

MENCETAK INOVATOR RABBANI


*Untuk diperhatikan : sebaiknya ketika membaca tulisan ini, Anda menyiapkan mushaf dan terjemahan Al Qur’an agar tidak terkena penyakit DDR (Daya Dong Rendah).
                          

Orang Biasa   

            Adalah seorang laki-laki yang terlahir dengan nama ’Biasawan’. Ia dididik dengan pola pendidikan biasa. Lalu masuk ke sekolah yang biasa, diajar oleh guru yang biasa dengan kurikulum yang biasa. Begitu terus selama SD, SLTP dan SLTA sehingga ia menjadi lulusan dengan keahlian dan kompetensi yang biasa. Dalam periode ini ia telah belajar dengan cara yang biasa sehingga berhak masuk perguruan tinggi yang biasa. Dan karena ia tidak pernah berusaha untuk tidak menjadi orang yang biasa, sehingga ia mendapat prestasi akademik yang biasa. Prestasi biasa yang tentu saja hanya layak untuk mendapatkan pekerjaan yang biasa. Setelah berfikir masak-masak, ia akhirnya memutuskan untuk menikah dengan seorang gadis yang bernama ’Biasawati’. Ia menjalani kehidupan rumah tangga dengan biasa saja, tanpa ada sesuatu yang baru. Beberapa waktu kemudian ia dikaruniai anak laki-laki dan perempuan yang ia beri nama ’Biasawan junior’ dan ’Biasawati junior’. Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun berlalu dengan cepat dan Biasawan pun meninggal dunia. Orang-orang menguburnya dan menulisi batu nisannya dengan tulisan :

Di sini berbaring orang biasa yang tidak pernah menemukan sesuatu yang baru dan tidak pernah menambahkan apa-apa pada kehidupan.
Motto hidupnya biasa saja seperti manusia pada umumnya. ”

            Kuburan-kuburan kita sekarang ini dipenuhi oleh ribuan orang biasa yang tidak memiliki keunggulan dalam hal ibadah, akhlaq, muamalah, ilmu pengetahuan dan pemikirannya. Inilah yang menyebabkan krisis peradaban yang melanda umat Islam saat ini. Karena itu, wajiblah bagi kita untuk mendidik diri kita sendiri dan generasi baru menjadi manusia kreatif, pemikir dan inovatif.

            Dalam konteks kreatifitas, manusia dibedakan menjadi 3 kelompok :

Pertama :
            Orang yang potensi inovasinya mati. Dan pembunuhan potensi ini banyak terjadi melalui metode pendidikan yang salah. Para pendidik yang seharusnya memotivasi anak didiknya untuk kreatif, justru membuat trauma yang sulit disembuhkan. Maka, wajar jika banyak anak-anak yang enggan belajar bahkan enggan berangkat ke sekolah.

Kedua :
            Orang yang memiliki potensi inovasi namun hanya melakukan 1 atau 2 kali inovasi selama hidupnya. Itu terjadi ketika ia berada dalam kondisi tertentu atau sedang menghadapi masalah tertentu. Contoh terbaik seperti yang ditulis Al Qurthubi dalam tafsirnya tentang Perang Qadisiyah. Dalam perang tersebut, pasukan Islam yang menunggang kuda harus menghadapi pasukan Persia yang menunggang gajah. Pada hari pertama, pasukan Islam tidak mampu mengimbangi kekuatan lawan karena kuda-kuda mereka takut kepada gajah-gajah lawan. Banyak sekali pasukan yang gugur. Kemudian, salah seorang prajurit Islam membuat replika gajah dari tanah liat dan memperkenalkannya kepada kudanya hingga akrab. Keesokan harinya, kuda itu sudah tidak takut lagi dengan gajah dan ia bertekad untuk menyerang gajah pemimpin kawanan gajah Persia. Niatnya ditertawakan oleh kuda-kuda kawanannya. Namun, lihatlah ! Kuda tersebut benar-benar maju dan menyerang pemimpin gajah. Ternyata, tindakan sang prajurit itu menjadi penyebab kemenangan pasukan Islam dalam perang Qadisiyah. Mungkin kita tidak mengenalnya, karena belum ada literatur yang menjelaskan siapa orang tersebut. Namun ia telah melakukan satu inovasi yang menjadi sebab kemenangan besar.

Ketiga :
            Orang yang hidupnya penuh dengan inovasi dan kreasi. Ialah figur yang istimewa, aktif berfikir dan selalu memberikan banyak sumbangan pemikiran dan usulan yang praktis, berdaya guna dan luar biasa. Contoh terbaik adalah sahabat Rasulullah saw, Khalid bin Walid. Lihatlah inovasinya dalam bidang kemiliteran sehingga tiak pernah kalah di medan perang, sebagian dipelajari di beberapa sekolah militer di Eropa. Seperti strateginya menarik mundur pasukan Islam dalam perang Muktah. Lebih jelasnya baca sirah nabawiyah atau sirah sahabat.
                                  
Mencetak Inovator

             Inovator tidak langsung diturunkan dari langit. Tetapi harus dicetak dan disiapkan dengan kerja keras. Diperlukan tiga langkah yang diambil dari Al Qur’anul Karim:
1.     Memilih orang yang berpotensi menjadi inovator. Dalam hal ini, semua orang bisa mejadi inovator asalkan ia MAU dan MAMPU berfikir, mengembangkan dan menemukan hal-hal baru dalam hidupnya dan orang-orang sekitarnya.
2.     Ada kurikulum praktis yang bisa diterapkan pada calon inovator dan pendidik harus terus-menerus mengawasi dan membimbing prosesnya.
3.     Menerapkan kurikulum secara BERTAHAP, SABAR dan TIDAK TERGESA-GESA. Karena kadangkala waktu bisa menjadi bagian dari pemecahan masalah.

             Dalam Al Qur’anul Karim, Allah SWT memberitahu kita bagaimana cara mencetak Nabi Musa as. Pertama, memilih beliau semenjak kecil untuk menjadi nabi (QS. Thaha:41). Kedua, ada manhaj Ilahi yang praktis dan penuh dengan peristiwa dan kejadian. Manhaj ini dijalani Nabi Musa langsung di bawah pengawasan Allah (QS. Thaha:37-39). Ketiga, manhaj rabbani yang diterapkan bertahap dan halus dalam mencetak figur Nabi Musa. Terlihat melalui proses pendidikan yang mengikis rasa takutnya dan membuatnya percaya diri. Pada awalnya beliau ketakutan ketika melihat tongkatnya bergerak-gerak seperti seekor ular yang gesit, tetapi Allah segera memanggilnya (QS. Al Qashash:29-31 dan QS. An Naml:10). Ketika Allah memerintahkannya mengajak Fir’aun ke jalan yang benar, rasa takut itu muncul lagi tapi tidak sebesar yang pertama. Terapi yang Allah berikan kali ini adalah dengan mengangkat saudaranya, Harun as sebagai nabi yang akan menemaninya (QS. Al Qashash:32-35). Ketika mereka kembali takut, Allah memberi terapi berupa firman-Nya: “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kalian berdua, Aku mendengar dan melihat” (QS. Thaha:43-46 dan QS. Thaha:65-69). Di sini beliau telah mencapai level kepercayaan diri yang tinggi kepada Allah dan lenyaplah ketakutannya terhadap Fir’aun. Bahkan ketika dikejar-kejar Fir’aun dan pasukannya, beliau mampu menenangkan pengikutnya. (QS. Asy Syu’ara’: 61-67).

Inovator Rabbani

             Ada sejumlah penelitian yang menegaskan bahwa ada persentase yang tidak sedikit dari para inovator yang mengalami masalah kejiwaan, gangguan akal (mental) dan emosi. Contohnya Socrates (lihat Colman: Ilmu Jiwa Orang-orang Supernormal). Mengapa bisa? Karena hati mereka tidak terkait dengan Allah SWT. Bedakan dengan para inovator dalam sejarah umat Islam yang rajin berkomunikasi dengan Allah dalam bentuk cinta dan keimanan, hidup mereka damai dan hatinya tentram. Bahkan kematian mereka merupakan  kehilangan yang besar bagi umat. Contohnya Imam Bukhari dengan Shahih Bukhari-nya, Imam Maliki dengan kitab Al Muwaththa’ atau Al Khalil bin Ahmad yang menciptakan Ilmu ‘Arudh (ilmu yang mempelajari nada-nada syair yang sekarang berkembang menjadi pembagian notasi dalam ilmu musik).

             Ada beberapa langkah dan ide praktis yang insya Allah dapat digunakan sebagai media mencetak inovator Rabbani. Di antaranya :

a.     Motto bulan inovasi
            Setiap bulan, tetapkan sebuah motto inovasi dan tentukan media-media praktis yang bisa membantu mewujudkannya sepanjang bulan itu.   

b.     Forum inovasi
            Setiap bulan sediakan waktu 2 jam untuk melakukan 2 agenda praktis : merangsang lahirnya ide-ide melalui forum-forum inovatif dan melakukan percobaan dan permainan edukatif. Perlu diingat, permainan untuk anak-anak harus memenuhi syarat : mainannya tunduk 90% dibawah kendali anak dan membantu mereka menemukan hal-hal baru. Contoh : mainan bongkar pasang, atau yang terbuat dari kertas.

c.     Berfikir bersama pakar
            Satu kali dalam sebulan, sediakan waktu untuk 2 agenda : latihan berfikir dan berinovasi dengan teka-teki serta permainan berfikir. Dalam hal ini kita bisa menggunakan program berfikir Cort milik DR. Edward Debono untuk latihan berfikir. Sedangkan permainan berfikir dapat kita temui dalam banyak buku dan teka-teki silang.
           

d.     Forum Musyawarah
             Allah SWT telah memerintahkan kepada Rasulullah saw untuk selalu bermusyawarah dengan sahabat-sahabatnya (QS. Ali Imran:159). Bahkan Abu Hurairah pernah mengatakan : “ Aku tidak pernah melihat orang yang lebih sering bermusyawarah dengan sahabat-sahabatnya selain Rasulullah saw “. Subhanallah ! Padahal beliau tidak butuh pendapat orang lain karena beliau punya wahyu yang diturunkan Allah SWT yang pastinya lebih sahih untuk diterima akal. Karena beliau yakin, musyawarah itu bermanfaat dan mengundang berkah. Asalkan memenuhi kaidah : tidak ada kritikan apalagi vonis terhadap ide-ide yang muncul, ada kebebasan berfikir dan menyampaikan ide secara mutlak bagaimanapun bentuk dan kualitasnya, cari sebanyak mungkin ide tanpa melihat efektifitasnya. Setelah itu, barulah mengambil manfaat dari ide-ide yang dikemukakan, berusaha menambahkannya dan mengembangkannya. Tidak ada waktu dan potensi yang terbuang sia-sia. Forum ini juga bisa dilakukan dengan mendengarkan atau membaca serta mengambil hikmah dari kisah-kisah para inovator, baik tentang Nabi-nabi Allah, Sahabat-shahabiyah, tabi’in, tabi’it tabi’in ataupun ulama masa kini.   
            

Contoh penerapan untuk bulan pertama :

Motto
“ Berfikir dan bersikap dewasa ”

Media praktisnya :
  1. Tidak merendahkan diri sendiri
  2. Menghargai pertanyaan, ide ataupun imajinasi orang lain
  3. Bertanggung jawab atas amanah yang diemban
  4. Tidak mau mengalah untuk mendapatkan sesuatu yang baik dalam ibadah
  5. Mengunjungi orang-orang shalih, dewasa dan arif
  6. Membiasakan diri sejak kecil untuk mengunjungi masjid
  7. Membiasakan mengucap salam kepada sesama muslim, bahkan kepada anak kecil sekalipun karena mereka adalah pemimpin masa depan.

Forum Inovasi
a)     Ide : mengkombinasikan 2 benda atau lebih, seperti pena dan kacamata.
Hasilnya, kita bisa menciptakan kacamata dengan salah satu gagangnya adalah pena atau kita dapat menciptakan kacamata dari laser yang bisa menulis pikiran pemakainya atau menciptakan pena dengan kaca pembesar di bagian belakangnya.
b)     Kegiatan : membuat filter air sederhana dari kerikil, pasir dan bahan-bahan lain.

Berfikir bersama pakar
a)     Latihan berfikir : Mengolah ide PMI (Plus,Minus, Interesting) diambil dari program pertama Cort.

       Latihan : Tidak perlu ada kursi penumpang di dalam bus

Poin Positif
Poin Negatif
Poin Menarik
·    Bus dapat memuat penumpang lebih banyak
·    Naik turun bus jadi lebih mudah
·    Harganya murah dan perawatannya mudah

·    Penumpang bisa terjatuh jika bus berhenti mendadak
·    Pakaian penumpang jadi kurang rapi karna duduk di lantai bus
·    Sulit membawa tas dan anak-anak
·    Karyawan bagian perawatan tempat duduk kehilangan pekerjaan

·    Membuat 2 jenis bus : dengan tempat duduk dan tanpa tempat duduk
·    Beragam tugas angkutan bus : manusia, bus khusus barang-barang, dsb.

b)     Permainan berfikir :
       Di mana ada negara tanpa penduduk?
       Di mana ada sungai tanpa air?
       Di mana ada bumi tanpa tanah?

Forum Musyawarah        

Topik diskusi : Memperlakukan Televisi
a)     Menentukan aspek-aspek positif dan negatif menonton televisi

Positif
Negatif
·    Untuk mengisi waktu
·    Agar tidak bosan
·    Mendapat informasi dari seluruh dunia
·    Sarana kumpul keluarga
·    Menyaksikan banyak acara tanpa harus ke tempat acara tersebut

·    Membuang-buang waktu
·    Melelahkan mata dan badan
·    Malas belajar
·    Menunda-nunda shalat
·    Melihat banyak hal buruk
·    Pertengkaran karena perbedaan acara yang ingin dilihat
·    Kurang interaksi dengan teman













b)     Mengumpulkan ide : yang dilakukan terhadap televisi
·       Dibuang ke tempat sampah
·       Berikan pada tetangga
·       Pasang channel lokal saja
·       Matikan ketika akan shalat
·       Dilarang menonton sebelum menyelesaikan tugas dan belajar
·       Buat jadwal menonton
·       Non aktifkan channel yang tidak bermutu
·       Membuat acara alternatif
·       Membuat Forum Televisi untuk mengevaluasi apa yang ditonton selama sepekan
·       Ada pekan tanpa televisi

c)      Diskusi
   Pekan tanpa televisi bisa dilaksanakan ketika Ramadhan dan mengisi bulan tersebut dengan kegiatan-kegiatan ibadah. Perlu upaya-upaya seperti memasang tanda larangan, menutup layar televisi atau menyimpannya di kardus sementara waktu, sambil terus saling mengingatkan. Hasilnya, Ramadhan jadi lebih barokah dan terasa manisnya ibadah.
   Jika tidak bisa mematikan televisi secara total, buatlah jadwal menonton. Batasi kuantitasnya dan pengaruhnya, serta tidak menaruh televisi di kamar atau ruang pribadi lainnya. Setidaknya kita mengurangi ketergantungan terhadap televisi.
   Membuat kegiatan alternatif yang menarik, praktis namun bermanfaat. Seperti ikut program tahsin, mengikuti kajian, ke toko buku atau perpustakaan, renang, memasak bersama atau berkebun. Hal ini justru menambah pengetahuan dan skill kita.
   Ada Menkominfo Keluarga atau petugas yang menentukan dan mengontrol acara televisi yang boleh ditonton keluarga. Selain keluarga terhindar dari tontonan yang banyak mudharat, juga melatih kemampuan manajerial sang petugas.

d)     Membaca kisah Al Khalil bin Ahmad
       Hikmah yang dapat diambil :
·       Selalu berdoa kepada Allah, memohon agar bisa menjadi seorang inovator dan bermanfaat bagi orang banyak
·       Memotivasi diri untuk terus beramal shalih, misal membuat tulisan motivasi mengenai pentingnya amal shalih
·       Memanfaatkan waktu-waktu yang baik untuk belajar. Waktu yang baik untuk mengulang kembali pelajaran, memikirkan inovasi dan problematika kehidupan adalah waktu sahur.

Demikian sekelumit contoh penerapan pembentukan karakter Inovator Rabbani, kita bisa berkreasi dengan berbagai macam literatur lainnya.
SELAMAT BERINOVASI DAN JADILAH INOVATOR RABBANI !!!

                                                                                                                     
Sumber :
Be a Genius Teacher ( Mendidik dengan Kreatif ) seri 1 karya Abdullah Muhammad Abdul Mu’thi
Cetakan pertama / Juni 2008. Terbitan Pustaka Elba, Surabaya.