Tulisan ini kupersembahkan untuk
saudari2ku yang kucinta karena Allah.
Semoga bermanfaat dan kita tetap bisa
saling menasehati. Amin ....
Suatu hari, saya pernah diminta
untuk mengisi kajian sebuah LDF dengan tema “Muslimah Gaul tapi Syar’I”.
Sebelum mengiyakan permintaan, agak sempat terfikir dalam hati : apa yang
menjadi alasan teman2 memilih tema ini dan mengapa saya yang diminta untuk
menyampaikannya? Apakah saya tergolong gaul dan syar’i atau bagaimana?
Wallahu’alam, saya tidak berani bertanya. Saya berhusnudzon saja, mungkin agar
saya mampu meluruskan kekeliruan selama ini baik pada diri sendiri atau pada
orang lain.
Bismillah, saya terima permintaan
tersebut. Malamnya,saya langsung membuka beberapa buku referensi: Muslimah Ideal,
Agar Bidadari Cemburu Padamu, Fiqh Wanita, Riyadhus Shalihin, The Good Mother, dan
lembar2 fotokopian materi kemuslimahan. Sempat menyesal tidak membuka Kebebasan
Wanita, tapi semoga beberapa catatan saat mengikuti kajiannya turut menambah
referensi.
Esok harinya, saya deg2an.
Bagaimanapun saya masih berfikir, pantaskah saya membawakan materi ini? Ya
Rabbi, saya takut kalau ternyata saya hanya bisa omong doang tanpa mampu
memberi teladan. Tapi bismillah,,, saya berusaha meluruskan niat. Ini demi
kebaikan saya juga, insya Allah. Maka, kajian tersebut dimulailah dengan
pendahuluan : “ Di sini kita belajar memperbaiki diri bersama2, saya belum
tentu lebih baik dari para peserta. “
Materi saya awali dengan pembagian
sub materi : ciri2 muslimah ideal dan muslimah gaul. Sengaja saya dahulukan
tentang muslimah ideal, yang pastinya ini lebih penting ketimbang ‘muslimah
gaul’ yang diminta panitia. Dan sebelum ke materi, saya sampaikan dahulu bahwa
sebagai seorang muslimah sudah selayaknya kita bersyukur kepada Allah atas
nikmat ‘keselamatan’ yang dibawa Islam melalui Rasulullah saw. Dengan Islam,
wanita menjadi mulia dengan segala hak dan kewajibannya, dengan segala
kekurangan dan kelebihannya. Seandainya para muslimah faham dengan maksud
datangnya risalah ini, risalah yang pertama kali mengangkat tema hak azasi
manusia di dunia, tidak akan ada tuntutan untuk kesetaraan gender dan tidak ada
istilah ‘emansipasi wanita’ atau ‘sejak dahulu, wanita selalu dijajah pria’.
Itu kalau muslimah sudah FAHAM!
Berbicara tentang ideal, mungkin
tidak akan pernah benar2 seratus persen ideal alias sempurna. Karena manusia
yang sempurna sudah tidak ada lagi di zaman ini, tapi mungkin rekaman jejaknya
masih bisa kita baca di Sirah Nabawiyah. Kita juga bisa mencontoh shahabiyah
melalui banyak cerita tentang mereka di berbagai literature, yang shahih
pastinya.
Muslimah ideal secara umum memiliki
ciri-ciri :
· Salimul Aqidah
(Bersih Akidahnya dari sesuatu hal yang mendekatkan dan
menjerumuskan dirinya dari lubang syirik, sekecil apapun).
· Shahihul Ibadah
(Benar Ibadahnya menurut AlQur'an dan As sunnah serta
terjauh dari segala Bid'ah yang dapat menyesatkannya).
· Matinul Khuluq
(Mulia Akhlaknya sehingga dapat menunjukkan sebuah
kepribadian yang menawan dan dapat meyakinkan kepada semua orang bahwa Islam
adalah rahmat bagi seluruh alam).
· Qowiyul Jismi
(Kuat Fisiknya sehingga dapat mengatur segala kepentingan
bagi jasmaninya yang merupakan amanah/titipan dari Alloh SWT).
· Mutsaqoful Fikri
(Luas wawasan berfikirnya sehingga dia mampu menangkap
berbagai informasi serta perkembangan yang terjadi disekitarnya).
· Qodirun 'alal Kasbi
(Mampu berusaha sehingga menjadikannya seorang yang berjiwa
mandiri dan tidak mau bergantung kepada orang lain dalam memenuhi segala
kebutuhan hidupnya).
· Mujahidun linafsihi
(Bersungguh-sungguh dalam jiwanya sehingga menjadikannya
seseorang yang dapat memaksimalkan setiap kesempatan ataupun kejadian sehingga
berdampak baik pada dirinya ataupun orang lain).
· Haritsun 'ala waqtihi
(Efisien dalam memanfaatkan waktunya sehingga menjadikannya
sebagai seorang yang pantang menyiakan waktu untuk melakukan kebaikan, walau
sedetikpun. karena waktu yang kita gunakan selama hidup ini akan
dipertanggungjawabkan dihadapan Alloh SWT).
· Munazhom Fii Su'unihi
(Tertata dalam urusannya sehingga menjadikan kehidupannya
teratur dalam segala hal yang menjadi tanggung jawab dan amanahnya. Dapat
menyelesaikan semua masalahnya dengan baik dengan cara yang baik).
· Naafi'un Li Ghairihi
(Bermanfaat bagi orang lain, sehingga menjadikannya
seseorang yang bermanfaat dan dibutuhkan. Keberadaannya akan menjadi sebuah
kebahagiaan bagi orang lain dan Ketiadaannya akan menjadikan kerinduan pada
orang lain).
Saya banyak menekankan ciri-ciri
tersebut, sehingga yang tersimpan di memori saya dan teman2 peserta adalah
bahwa seorang muslimah harus mengikuti syari’at yang telah ditetapkan Allah.
Syari’at sebenarnya untuk kebaikan manusia itu sendiri, jika kita benar2 FAHAM.
Meskipun orang lain mengangkapnya sebuah pengekangan. Saya teringat kutipan
yang saya baca di bukunya Ustadz Salim A. Fillah ‘Agar bidadari cemburu
padamu’, kurang lebih begini : “ Mengapa kita berat untuk melaksanakan
syari’at? Karena tidak ada rasa TAKUT kepada Allah. “ Na’udzubillahi min
dzalik. Jadi, hanya orang2 yang takut pada Allah sajalah yang mampu
melaksanakan syari’at dengan sungguh-sungguh.
Hampir 1 jam materi ini membahas
tentang muslimah idealnya, lalu mana ‘gaul’nya? Sebenarnya mungkin ini yang
ditunggu2 sahabat, tapi saking terlena dengan yang ideal2 tadi sampai hampir
lupa untuk saya sampaikan. Dengan sisa waktu 15 menit, saya coba jelaskan
tentang muslimah gaul.
Sayang sekali saya tidak membawa
Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengapa? Saya mau mencoba meluruskan arti dari
kata ‘gaul’ yang selama ini salah. Baru selang beberapa hari, saya sempat membaca
artinya yang ternyata Gaul itu sama dengan HIDUP BERTEMAN atau
BERSAHABAT. Jadi bukan dengan memakai pernak-pernik yang sedang trend atau
melakukan aktivitas yang dibilang mengikuti zaman modern tapi melanggar
syari’at. Bukan itu! Gaul artinya kita mampu bersahabat dengan siapa saja tanpa
membeda2kan, meskipun untuk menjadi sahabat dekat memang sebaiknya dicari
sahabat yang baik agama dan akhlaknya. Gaul juga berarti update informasi bukan
cuma update STATUS. Apalagi di zaman yang serba canggih dan penuh informasi
begini, update info sangatlah penting. Tapi bukan info2 yang sepele, tidak
bermutu, apalagi menyangkut kehidupan pribadi seseorang yang sebenarnya
tidak layak dipertontonkan. Bukan itu! Info yang berguna untuk perbaikan diri,
perbaikan keluarga, bangsa dan negara. Percuma ngaku gaul, tapi tidak mengerti
apa yang sedang terjadi di sekitar kita.
Dan paling penting, tetap jadi diri
sendiri. Tetap pe-de melaksanakan syari’at yang akan menjadi karakter seorang
muslimah.
Di akhir acara, saya mengajak teman2
berseru dengan lantang (anggap saja untuk memperkuat keyakinan) bahwa : KALAU
SUDAH SYAR’I, PASTI GAUL!
Asalkan ciri-ciri di atas terpenuhi.
Insya Allah.