Setiap kejadian kecil pun ada hikmahnya …




Senin, 19 April 2010

# MUSLIMAH GAUL TAPI SYAR'I #

Tulisan ini kupersembahkan untuk saudari2ku yang kucinta karena Allah.
Semoga bermanfaat dan kita tetap bisa saling menasehati. Amin ....


Suatu hari, saya pernah diminta untuk mengisi kajian sebuah LDF dengan tema “Muslimah Gaul tapi Syar’I”. Sebelum mengiyakan permintaan, agak sempat terfikir dalam hati : apa yang menjadi alasan teman2 memilih tema ini dan mengapa saya yang diminta untuk menyampaikannya? Apakah saya tergolong gaul dan syar’i atau bagaimana? Wallahu’alam, saya tidak berani bertanya. Saya berhusnudzon saja, mungkin agar saya mampu meluruskan kekeliruan selama ini baik pada diri sendiri atau pada orang lain.

Bismillah, saya terima permintaan tersebut. Malamnya,saya langsung membuka beberapa buku referensi: Muslimah Ideal, Agar Bidadari Cemburu Padamu, Fiqh Wanita, Riyadhus Shalihin, The Good Mother, dan lembar2 fotokopian materi kemuslimahan. Sempat menyesal tidak membuka Kebebasan Wanita, tapi semoga beberapa catatan saat mengikuti kajiannya turut menambah referensi.

Esok harinya, saya deg2an. Bagaimanapun saya masih berfikir, pantaskah saya membawakan materi ini? Ya Rabbi, saya takut kalau ternyata saya hanya bisa omong doang tanpa mampu memberi teladan. Tapi bismillah,,, saya berusaha meluruskan niat. Ini demi kebaikan saya juga, insya Allah. Maka, kajian tersebut dimulailah dengan pendahuluan : “ Di sini kita belajar memperbaiki diri bersama2, saya belum tentu lebih baik dari para peserta. “

Materi saya awali dengan pembagian sub materi : ciri2 muslimah ideal dan muslimah gaul. Sengaja saya dahulukan tentang muslimah ideal, yang pastinya ini lebih penting ketimbang ‘muslimah gaul’ yang diminta panitia. Dan sebelum ke materi, saya sampaikan dahulu bahwa sebagai seorang muslimah sudah selayaknya kita bersyukur kepada Allah atas nikmat ‘keselamatan’ yang dibawa Islam melalui Rasulullah saw. Dengan Islam, wanita menjadi mulia dengan segala hak dan kewajibannya, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Seandainya para muslimah faham dengan maksud datangnya risalah ini, risalah yang pertama kali mengangkat tema hak azasi manusia di dunia, tidak akan ada tuntutan untuk kesetaraan gender dan tidak ada istilah ‘emansipasi wanita’ atau ‘sejak dahulu, wanita selalu dijajah pria’. Itu kalau muslimah sudah FAHAM!

Berbicara tentang ideal, mungkin tidak akan pernah benar2 seratus persen ideal alias sempurna. Karena manusia yang sempurna sudah tidak ada lagi di zaman ini, tapi mungkin rekaman jejaknya masih bisa kita baca di Sirah Nabawiyah. Kita juga bisa mencontoh shahabiyah melalui banyak cerita tentang mereka di berbagai literature, yang shahih pastinya.

Muslimah ideal secara umum memiliki ciri-ciri :

·    Salimul Aqidah 
(Bersih Akidahnya dari sesuatu hal yang mendekatkan dan menjerumuskan dirinya dari lubang syirik, sekecil apapun). 

·    Shahihul Ibadah
(Benar Ibadahnya menurut AlQur'an dan As sunnah serta terjauh dari segala Bid'ah yang dapat menyesatkannya). 

·    Matinul Khuluq
(Mulia Akhlaknya sehingga dapat menunjukkan sebuah kepribadian yang menawan dan dapat meyakinkan kepada semua orang bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam).

·    Qowiyul Jismi
(Kuat Fisiknya sehingga dapat mengatur segala kepentingan bagi jasmaninya yang merupakan amanah/titipan dari Alloh SWT).

·    Mutsaqoful Fikri
(Luas wawasan berfikirnya sehingga dia mampu menangkap berbagai informasi serta perkembangan yang terjadi disekitarnya).

·    Qodirun 'alal Kasbi
(Mampu berusaha sehingga menjadikannya seorang yang berjiwa mandiri dan tidak mau bergantung kepada orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya).

·    Mujahidun linafsihi
(Bersungguh-sungguh dalam jiwanya sehingga menjadikannya seseorang yang dapat memaksimalkan setiap kesempatan ataupun kejadian sehingga berdampak baik pada dirinya ataupun orang lain).

·    Haritsun 'ala waqtihi
(Efisien dalam memanfaatkan waktunya sehingga menjadikannya sebagai seorang yang pantang menyiakan waktu untuk melakukan kebaikan, walau sedetikpun. karena waktu yang kita gunakan selama hidup ini akan dipertanggungjawabkan dihadapan Alloh SWT).

·    Munazhom Fii Su'unihi
(Tertata dalam urusannya sehingga menjadikan kehidupannya teratur dalam segala hal yang menjadi tanggung jawab dan amanahnya. Dapat menyelesaikan semua masalahnya dengan baik dengan cara yang baik).

·    Naafi'un Li Ghairihi
(Bermanfaat bagi orang lain, sehingga menjadikannya seseorang yang bermanfaat dan dibutuhkan. Keberadaannya akan menjadi sebuah kebahagiaan bagi orang lain dan Ketiadaannya akan menjadikan kerinduan pada orang lain).

Saya banyak menekankan ciri-ciri tersebut, sehingga yang tersimpan di memori saya dan teman2 peserta adalah bahwa seorang muslimah harus mengikuti syari’at yang telah ditetapkan Allah. Syari’at sebenarnya untuk kebaikan manusia itu sendiri, jika kita benar2 FAHAM. Meskipun orang lain mengangkapnya sebuah pengekangan. Saya teringat kutipan yang saya baca di bukunya Ustadz Salim A. Fillah ‘Agar bidadari cemburu padamu’, kurang lebih begini : “ Mengapa kita berat untuk melaksanakan syari’at? Karena tidak ada rasa TAKUT kepada Allah. “ Na’udzubillahi min dzalik. Jadi, hanya orang2 yang takut pada Allah sajalah yang mampu melaksanakan syari’at dengan sungguh-sungguh.

Hampir 1 jam materi ini membahas tentang muslimah idealnya, lalu mana ‘gaul’nya? Sebenarnya mungkin ini yang ditunggu2 sahabat, tapi saking terlena dengan yang ideal2 tadi sampai hampir lupa untuk saya sampaikan. Dengan sisa waktu 15 menit, saya coba jelaskan tentang muslimah gaul.

Sayang sekali saya tidak membawa Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengapa? Saya mau mencoba meluruskan arti dari kata ‘gaul’ yang selama ini salah. Baru selang beberapa hari, saya sempat membaca artinya yang ternyata Gaul itu sama dengan HIDUP BERTEMAN atau BERSAHABAT. Jadi bukan dengan memakai pernak-pernik yang sedang trend atau melakukan aktivitas yang dibilang mengikuti zaman modern tapi melanggar syari’at. Bukan itu! Gaul artinya kita mampu bersahabat dengan siapa saja tanpa membeda2kan, meskipun untuk menjadi sahabat dekat memang sebaiknya dicari sahabat yang baik agama dan akhlaknya. Gaul juga berarti update informasi bukan cuma update STATUS. Apalagi di zaman yang serba canggih dan penuh informasi begini, update info sangatlah penting. Tapi bukan info2 yang sepele, tidak bermutu,  apalagi menyangkut kehidupan pribadi seseorang yang sebenarnya tidak layak dipertontonkan. Bukan itu! Info yang berguna untuk perbaikan diri, perbaikan keluarga, bangsa dan negara. Percuma ngaku gaul, tapi tidak mengerti apa yang sedang terjadi di sekitar kita.
Dan paling penting, tetap jadi diri sendiri. Tetap pe-de melaksanakan syari’at yang akan menjadi karakter seorang muslimah.

Di akhir acara, saya mengajak teman2 berseru dengan lantang (anggap saja untuk memperkuat keyakinan) bahwa : KALAU SUDAH SYAR’I, PASTI GAUL!
Asalkan ciri-ciri di atas terpenuhi. Insya Allah.