Setiap kejadian kecil pun ada hikmahnya …




Rabu, 10 Februari 2010

BERI AKU BUKU ^^



Muslim Fair baru saja berakhir, tapi euphoria bukunya masih tetap terasa. Maklum, pecinta buku. Rasanya sudah tidak sabar menunggu IBF besok Maret. Masih banyak buku yang belum dibeli, sekitar 30 judul dalam daftar buku yang wajib dimiliki. Mumpung masih di Jogja, mencari buku-buku best seller atau yang terbaru akan sangat mudah. Belum lagi diskon yang besar-besaran terutama di hari terakhir pameran. Meskipun mesti merogoh kocek sangat dalam, demi buku yang bermanfaat gak jadi persoalan. Toh, manfaat bukunya lebih mahal dari harganya dan akan sangat berguna untuk kehidupan selanjutnya. Siapa tahu malah bisa buat mengisi kembali kantong yang kosong.

Ngomong-ngomong soal membeli buku, sempat melakukan survey beberapa kali sebelum benar-benar memutuskan untuk membelinya. Yang pertama, menentukan buku mana yang layak atau yang benar penulis serta muatannya. Maklum, isi buku kan bisa mempengaruhi pikiran pembacanya, maka memilih buku yang benar sudah jadi syarat utama. Tentukan juga penerbitnya, soalnya banyak penerbit yang menerbitkan buku yang sama dengan tampilan yang berbeda. Untuk mengetahuinya, bisa tanya orang-orang yang faham seperti orang yang lebih tua atau yang sudah memiliki. Yang kedua, tentukan harganya. Yang namanya mahasiswa, rata-rata mencari yang lebih murah tapi tidak murahan. Harga ya nomor dua setelah kualitas. Kadang mesti mondar-mandir dari satu stand ke stand lain cuma untuk membandingkan harga, meski lama-lama pegel juga. Tapi begitu si buku yang diidam-idamkan telah dimiliki, rasa pegel itu serta merta lenyap berganti kebahagiaan yang tak mampu terucap. Kok bisa ya sampai segitunya sama buku. Ya iyalah, namanya juga cinta buku. Hehe.

Soal cinta buku, Abdullah Muhammad Abdul Mu’thi menuliskan dalam bukunya ‘Be a Genius Teacher’ bahwa seseorang tidak akan dikatakan pecinta ilmu sebelum mencintai bukunya daripada bajunya. Adalah Syaikh Ahmad Al Hijjaz, karena tidak punya uang sampai melepas sebagian pakaiannya lalu ia jual untuk membeli buku yang dilihatnya. Itu karena ia adalah penggila buku. Syaikh Al Hafizh Ibnu Daqiqil Ied
yang pernah menjabat Hakim Agung abad ketujuh Hijriyah, membeli kitab Asy Syarhul Kabir berjumlah 12 jilid seharga 1000 dirham padahal ia tidak kaya bahkan pernah berhutang. Itu saking cintanya pada buku. Subhanallah



Beberapa ciri orang yang kecintaan pada bukunya tinggi adalah :

1.   Bukunya itu lebih berharga daripada bajunya. Ia tidak akan rela membiarkan bukunya berdebu, atau dijadikan alas duduk demi melindungi bajunya dari debu.

2.      Rasa gembira yang luar biasa ketika ada buku baru yang bermanfaat, apalagi buku yang tebal dan berjilid-jilid. Seolah-olah tidak akan kehabisan ilmu darinya.

3.    Menangis ketika kehilangan syaikh/ulama yang mulia atau kehilangan buku yang disukai. Seorang ulama Mesir pernah mengadakan acara berkabung selama satu bulan ketika mengetahui ada kitab terbaik yang digunakan sebagai pembungkus sayur-mayur, padahal itu adalah kitab langka yang dicari-carinya selama ini.

4.   Anak-anak lebih senang terhadap buku daripada permen atau mainan. Seorang anak di Kanada pernah menolak permen dari seorang penulis besar, dan ia justru meminta buku. Subhanallah

5.     Buku mampu membuatnya tegar menghadapi kesulitan hidup dan menghilangkan kesedihan. Seorang anak Belanda pernah menangis keras dalam perjalanan naik kereta api, ketika ibunya memberikan buku iapun terdiam dan langsung membacanya dengan gembira.

6.    Berkorban demi mendapatkan buku yang ia butuhkan. Rela mengurangi jatah makannya, menjual pakaian atau atap rumah pernah dilakukan orang-orang yang cintanya besar pada buku. Asalkan tidak mendzolimi diri sendiri dan orang lain, berkorban seperti itu masih bisa dianggap wajar.


Kita sudah membahas tentang ciri-ciri orang yang kecintaan terhadap bukunya (ilmu) tinggi. Pertanyaan yang muncul sekarang adalah : Bagaimana caranya mewujudkan ciri-ciri tersebut ke dalam jiwa kita? Berikut sarana-sarana praktis yang insya Allah cocok kita gunakan bahkan terhadap anak-anak :





1.    Perpustakaan di rumah

Allah SWT berfirman :
“ Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (Sunnah Nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.” (TQS. Al Ahzab : 34)

Melalui ayat ini, Allah memerintahkan bahwa harus ada program belajar mengajar ilmu agama di dalam rumah. Dengan kata lain, setiap rumah sebaiknya memiliki forum ilmiah dan pengkajian agama yang meliputi seluruh anggota keluarga. Agar hal itu bisa terwujud, setiap rumah harus memiliki perpustakaan. Perpustakaan di rumah seorang muslim adalah pilar utama yang tidak bisa diabaikan. Meskipun kecil dan sederhana, namun seiring berjalannya waktu pasti akan berkembang. Hal ini penting, karena ketika membuka mata dan menemukan banyak buku di sekitarnya, banyak orang yang membacanya, memperlakukannya dengan hormat akan membuat hati terpaut pada buku.

Bahkan tidak ada salahnya membuat perpustakaan khusus untuk si kecil. Hal ini demi menanamkan rasa cinta dan hormat kepada buku sejak dini, membuatnya terdidik untuk lebih memprioritaskan buku daripada hal-hal sepele. Bisa dilakukan sejak usianya 6 bulan, pada usia ini ia sudah mulai belajar membaca. Perhatikan seleranya, kebanyakan anak laki-laki menyukai kisah kepahlawanan sedangkan anak perempuan lebih menyukai kisah mengenai hubungan interpersonal dan sentimentil. Perhatikan pula bahasanya dan bahannya harus kuat.

Pelu diketahui, bahwa perpustakaan keluarga merupakan salah satu faktor penentu ketenangan keluarga dan kekompakan anggota keluarga. Sebuah penelitian yang dilakukan jurusan Psikologi Universitas Ain Syams mengenai hubungan antara membaca buku dan keharmonisan rumah tangga menunjukkan bahwa 89 % pasangan suami-istri yang tidak gemar membaca, bertengkar satu kali seminggu. Sedangkan yang gemar membaca, 67 % jarang bertengkar bahkan hanya 2 kali setahun, itupun tidak sampai adu mulut atau perang fisik. Nah lho? Jangan-jangan salah satu sebab KDRT sering terjadi itu karena personil keluarga tidak gemar membaca? Wallahu ‘alam.




2.    Warisan buku

“ Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan uang dinar atau dirham, melainkan mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mendapatkannya, berarti ia telah mendapatkan bagian yang melimpah.”(HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, Abu Daud & Ibnu Majah)

Bagian yang melimpah dan keberuntungan yang terbesar adalah milik orang yang mewarisi buku yang bermanfaat dari orang tuanya dan digunakan untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Hal ini tidak hanya memberi manfaat buat yang hidup namun juga buat yang mati. Amal ilmu yang bermanfaat tidak akan terputus darinya, meski telah di alam kubur. Generasi dahulu sangat keras upayanya untuk mewariskan perpustakaan yang berisi kitab-kitab yang bermanfaat dan ilmu-ilmu yang lengkap untuk keluarganya. Mampukah kita meneladani mereka ? 


 
3.    Prioritasnya buku

a.    Upayakan untuk meyisihkan dana sekecil apapun setiap bulan untuk membeli buku, minimal bulletin atau surat kabar atau majalah untuk anak-anak.
b.         Belilah buku pada momentum khusus (hari libur, hari-hari besar, dsb) dan catatlah tanggal pembeliannya di sudut buku.
c.      Berilah hadiah buku untuk merayakan suatu keberhasilan yang diperoleh, baik untuk pribadi atau orang lain.
d.         Jika memiliki minat tertentu, daftarkan diri untuk berlangganan majalah atau surat kabar yang berkaitan dengan minat tersebut.
e.         Manfaatkan kesempatan untuk mengunjungi toko buku atau stand pameran buku.
f.          Seringlah membeli buku-buku bagus yang harganya murah, penuhi rumah dengannya.
g.         Berlatihlah untuk membaca buku-buku yang sulit yang diminati, lama-kelamaan juga pasti akan faham meskipun harus dibaca berulang-ulang atau terputus-putus dalam beberapa waktu.
h.         Ajaklah anggota keluarga untuk mengunjungi perpustakaan dan meminjam buku.



4.    Tempat khusus membaca

Para pakar pendidikan menyarankan agar di setiap rumah disediakan tempat khusus untuk membaca, bisa halaman rumah yang luas dan rindang, di sela-sela pepohonan, ayunan, kursi goyang, atau sofa empuk di sudut rumah yang membuat orang merasa nyaman dan nikmat ketika membaca.



5.    Membacakan untuk anak

Selain menumbuhkan minat membaca pada anak dan mengajarkan membaca sejak awal, juga membuat komunikasi di antara orang tua dan anak menjadi langgeng dan harmonis. Dalam hal ini, yang harus diperhatikan adalah :

a. Bacalah sendiri buku tersebut terlebih dahulu agar anda faham isinya sebelum membacakannya kepada anak.
b.      Sajikan cerita dengan ekspresif, bisa pula dengan bantuan alat.
c.  Bacakan buku di tempat yang jauh dari hal-hal yang mengganggu konsentrasinya, seperti televisi. Dudukkan di tempat yang nyaman, missal dalam pangkuan orang tua.
d.      Bacalah saat anak tidak merasa lapar atau terlalu kenyang.
e.       Bacalah saat anak tidak merasa lelah.
f.       Waktu membaca tidak berbenturan dengan waktu bermain.
g.       Bacalah sebelum anak tidur, dampaknya akan kekal.
h.      Bacalah ketika anak meminta.
i.    Jangan bosan membacakan suatu buku yang telah diinginkan aak, meskipun sudah dibaca berulang-ulang.
j.      Tidak ada salahnya seorang guru meluangkan waktu untuk membacakan sesuatu yang baru untuk murid atau mendengarkan apa yang dibaca murid.


Alhamdulillah, sejak kecil saya sering dibelikan majalah anak-anak. Dan sejak itu, minat terhadap buku semakin hari semakin besar. Bahkan tak jarang ketika persediaan buku bacaan milik sendiri habis, buku milik orang tua atau teman ikut dilalap juga. Tentu saja bukunya dipilah-pilih, yang nyambung sama kapasitas otak. Untuk kepemilikan, biasanya lebih memilih buku-buku nonfiksi. Biar bisa dibaca ulang kapanpun kalau lagi butuh. Tapi kalau buku-buku fiksi, mendingan minjem aja. Punya sih beberapa, itupun kebanyakan kumpulan cerpen. Karena kalau soal fiksi, lebih mudah ditangkap jadinya bosan. Aneh ya, namanya juga selera.

Nah, karena ngakunya cinta buku dan seleranya sama yang nonfiksi membuatku seringkali mengharapkan bisa dapat hadiah buku ketimbang hal lain. Apalagi kalau buku tersebut adalah yang kuidam-idamkan selama ini, bahagianya tak terbayangkan. Lha buku apaan tuh? Banyak, yang terdaftar aja 30 judul ! Belum yang baru terbit ! Hehe... Beri aku buku ya ! ^_^

 

Sumber :
Be a Genius Teacher ( Mendidik dengan Kreatif ) seri 1 karya Abdullah Muhammad Abdul Mu’thi
Cetakan pertama / Juni 2008. Terbitan Pustaka Elba, Surabaya.