Duhai Allah,
Penyandang Kuasa,
Pemancar Cahaya,
Maha Raja,
Tumpuan Segala Daya.
Engkaulah Pembangun kokoh tujuh
langit
Serta gemintang meteor yang
berkejaran menghias angkasa,
Engkaulah Pembentang bumi menghampar
langit
Di mana lembah dan tanah subur pula
berada,
Engkau gerakkan tujuh lautan
mendebur ombak
Tempat bahtera berlayar pulang dan
pergi,
Engkau tundukkan matahari mengiringi
purnama
Berputar seperti malam mengejar pagi,
Engkau jamin segala binatang di
segenap daratan
Engkau jamin rezeki segala yang di
lautan.
Duhai Pemilik Cinta,
Pada senja di bentara senja
cinta-Mu,
Pada hari di salah satu hari
kedekatan-Mu,
Satu dari ciptaan-Mu
menggantungkan harapan,
Berlindung kepada-Mu untuk tidak
menyekutukan.
Kala laksa alpaku membumbung,
Kutahu ampunan-Mu luas membentang.
Kala kusuguhkan diri pada
kehendak nafsu,
Betapa aku melumpur dalam kawah
sesalku.
Engkau tahu kefakiranku,
Sudikah Kau dengar detak
permohonanku ?
Jika Engkau tangkal asaku,
Lantas ke manakah aku menumpu ?
Sungguh mengingat karunia-Mu
melipur lara,
Sedang mengingat khilafku
mengalirlah airmata.
Sekutu cinta menekur doa
sepanjang malam,
Kala sekutu hampa mendengkur
kelam.
Tak putus kukejar ketaqwaan,
Tuk meniti tapak ampunan.
Jika kusalah menapak karena
kebodohan,
Mampukah hilang tegas puncak
kegelisahan ?
Sejak kucurahkan seutuh pikir
merapal puji,
Kutemukan Engkau teristimewa yang
selamatkan diri.
Jika Engkau tak membimbingku
merengkuh Surga,
Pastilah kaki ini terantuk jatuh
menggelepar di Neraka.
Kuabdikan diri pada-Mu dengan
selaksa puji,
Mengampun dosa sepanjang usia
lewat syair dan bakti.
Maka sayangilah aku sebesar
rahmat-Mu,
Hapuslah dosaku laksana laksa
kasih-Mu.
Aku bersalah hanya kepada-Mu,
Kuadukan keburukan yang kuperbuat
pada-Mu,
Agar menunduk patuh pada
firman-Mu,
Dan merunduk pasrah pada
ketentuan hukum-Mu.
Duhai Tumpuanku,
Pada anugerah-Mu melekat harapku,
Kala segenap keluarga dan harta tak
menyata guna.
Aku menumpu pada kasih-Mu,
Kala datang hadangan manusia.
Jika Kau curahkan ampunan padaku,
Takkan tersisa beban dosa di pundakku.
Bila telah kusinggahi rumah pusara,
Tak ada ayah dan bunda kan
kutemui di sana.
Kala segenap kematian ditebar,
Urat-urat leher segala makhluk bergetar.
Maka jadikan kematian sebagai misteri
terbaik yang kunantikan,
Dan jadikan pusara sebagai rumah idaman
yang kumakmurkan.
Ya Allah,
Sungguh Engkau Penghulu dan Sumber
kelembutan bagi para wali-Mu,
Serta Penghulu dan Sumber kemuliaan
bagi orang yang pasrah pada-Mu,
Engkaulah yang membuat aku ada dan
tiada,
Engkaulah yang melihat gerak detak
dan suara jiwa,
Rahasiaku menampak nyata,
Sedang rinduku pada-Mu senantiasa,
Bawalah aku kepada-Mu,
Dan jagalah aku tuk selalu taat
pada-Mu di sisa umurku.
Hanya pada-Mu aku menuju,
Mencari ridho-Mu, bukan yang semu
Jika takdir-Mu telah mendekatiku,
Berkahi aku kala menghadap-Mu.
Segala puji bagi-Mu dengan pujian
yang senantiasa baru,
Tak pernah usang,
Tak berbilang.
Amin……….